Selasa, 14 Juni 2016

LAPORAN GEOLIGI DASAR UP'45 YOGYAKARTA








BAB I
PENDAHULUAN
Didalam industri perminyakan, pekerjaan geologi dimulai sebagai ujung tombak didalam usaha – usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan gas bumi atau disebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal. Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur – sumur baru atau ‘eksplorasi development well’.
Perdebatan ilmiah didalam ilmu pengetahuan sangat lumrah terjadi terutama didalam era modern saat ini dimana semua analisa data dan interprestasinya didukung oleh perangkat teknologi modern yang menghasilkan alat – alat canggih sebagai pencatat data perut bumi seperti log mekanik, seismik, data – data satelit yang akurasinya dapat dipertanggung jawabkan.
Industri perminyakan, merupakan industri yang tergantung dari data di alam, oleh karena itu menjadi sangat penting keberadaan laboratorium dan prasarananya yang semuanya sudah terkomputerisasi untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbulnya dan bahkan menghasilkan konsep – konsep baru yang dapat dipakai sebagai model baru.
Berdasarkan data – data yang dikumpulkan dari alam, maka ilmu geologi mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan berbagai cabang ilmu alam yang lain seperti bidang Tata Lingkungan dan Perencanaan Wilayah, Teknik Sipil dan Bidang Pertambangan.
Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah – kuliah yang telah diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari tentang bumi yang menyangkut bahan – bahan pembentuk bumi serta produk – produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk – makhluk yang pernah hidup didalamnya.
Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip – prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, Pembuatan Penampang Stratigrafi dan Dasar – dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan – lapisan batuan sedimen secara kesuluruhan.
Seperti telah diketahui didalam materi kuliah telah dikemukakan bahwa ada dua (2) faktor utama pembentukan bumi :
Gaya Endogen, merupakan gaya yang datang dari dalam bumi yang umumnya bersifat membangun atau membentuk roman muka bumi, banyak dikontrol oleh struktur geologi atau deformasi bumi.
Gaya Eksogen, merupakan gaya yang berasal dari luar yang bersifat merubah, seperti pelapukan, erosi dan denudasi.
Didalam ilmu geologi, gaya endogen dan eksogen termasuk didalam apa yang disebut DAUR GEOLOGI atau SIKLUS GEOLOGI, yaitu :
Orogenesa (pembentukan pegunungan)
Glyptogenesa (penghancuran relief)
Lithogenesa (proses pengendapan batuan dalam cekungan pengendapan)
Gambar 1.1 Siklus Geologi
Bagian – bagian dari Bumi secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut :
UPPER MANTLE (0 – 670 km)
Terdiri dari :
Kerak Bumi atau Crust (0 – 80 km), terdiri dari
Batuan Sedimen, Beku, dan Metamorf
Lempeng Benua (ketebalan ± 15 km)
Lempeng Samudera (ketebalan ± 20 km)
Mantel Lithosfer (80 – 200 km)
Astenosfer atau Lithosfer bagian bawah
LOWER MANTLE (670 – 2900 km)
Batuan Ultra Basa dengan mineral – mineral olivine, spinel, silikat, besi, dan magnesium.
CORE atau INTI BUMI (2900 – 6370 km)
Terdiri dari 2 (dua) lapisan, yaitu :
Outter Core
Berupa cairan, kondisi plastis sampai kedalaman 5200 km.
Inner Core
Berupa padatan dengan kedalaman sampai 6370 km. Inti bumi terdiri dari metal besi (Fe) dan nikel (Ni) dan Cobalt (Co), BJ antara 5 – 13.
       
Gambar 1.2 Bagian – bagian dari Bumi










BAB II
PETROLOGI

PENDAHULUAN
Untuk mengenalkan praktikan secara langsung bentuk dan karakteristik batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen dalam contoh setangan serta memberikan pengarahan dalam mendeskripsikan batuan secara megaskopis dengan benar.

LATAR BELAKANG
Batuan beku merupakan batuan yang termasuk batuan yang terbentuk dari proses pembekuan larutan silikat cair, liat pijar, bersifat mudah bergerak yang di sebut magama baik di bawaah permukaan bumi sebagai batuan intrusif ( plotonik) maupun bagian permukaan bumi sebagai batuan ekstrusif (fulkanik)
Dalam magma tersebut terdapatbahan beberapa yang terlarut,bersifat voliatit, ( cair, co2, klorin,iron,sulfur,dll) yang merupakan mobilitas magmah, dan Non-voliati (Non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim di jumpai di batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Pristiwa tersebut di kenal peristiwa penghamburan.

TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan daripraktikum batuan beku iniadalah untuk mengenalkan praktikan secara langsung bentuk dari baruan beku serta karakteristiknya dalam contoh setangan sehinggs dapat mendeskripsikanbatuan beku secara benar.

DASAR TEORI
Batuan merupakan pembentuk bumi yang kita diami ini, terdapat 3 golongan utama batuan yang dibedakan berdasarkan cara terbentuknya yaitu: batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Batuan merupakan sekumpulan aggregate – aggregate mineral yang terbentuk pada lingkungan tertentu. Mineral merupakan komponen batuan, yang terbentuk oleh proses alamiah dari satu atau lebih komposisi kimia.

JENIS BATUAN
BATUAN BEKU
Batuan hasil pembekuan magma, dimana dalam proses pembekuannya akan terbentuk batuan beku dengan karakteristik tekstur dan struktur sangat bervariasi, dan sangat tergantung dari cepat atau lambatnya penurunan suhu dan tekanannya.
Definisi dari magma adalah cairan kental, liat larutan silikat pijar bertemperatur tinggi (1500ºC – 2500ºC), bersifat mobile, yang terbentuk secara alamiah pada kerak bumi bagian bawah.
Dibedakan antara larutan magma yang mencapai permukaan bumi yang disebut :
Ekstrusi, contoh : lava. Sedangkan larutan magma yang relatif didalam bumi disebut
Intrusi, contoh : batolith, dike, dsb.
Pada penurunan suhu yang lambat akan menghasilkan batuan bertekstur kasar atau fanerik yang relatif sempurna kristalnya di dalam bumi, contoh : granit, granit porfiri, granodiorit yang termasuk dalam batuan beku asam.
Pada penurunan suhu dan tekanan yang relatif cepat maka akan menghasilkan batuan bertekstur halus atau afanitik, contoh : andesit, diorit yang termasuk dalam batuan beku intermediet.
Pada penurunan suhu dan tekanan yang ekstrim/cepat sekali, maka akan menghasilkan batuan tanpa kristal, contoh : obsidian, glasshard, gelas volkanik yang termasuk dalam batuan beku basa – ultra basa.
Untuk memahami proses urut – urutan penghabluran magma, dapat menggunakan deret bowens reaction series yang dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
Discontinous Reaction Series
Kristal yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi adalah olivin, larutan sisa magma akan bereaksi segera setelah suhu turun, dan membentuk kristal yang berbeda (piroksen) begitu seterusnya dan pada suhu yang relatif rendah sekitar 670ºC akan terbentuk kwarsa. Kwarsa karena proses pembentukannya pada suhu yang terendah maka relatif lebih resisten terhadap proses pelapukan dibandingkan dengan kristal mineral yang pada suhu tinggi.
Continous Reaction Series
Kristal yang terbentuk pada suhu tinggi akan bereaksi dengan laruan sisa magma begitu terus menerus proses tersebut berlanjut, contoh golongan ini adalah plagioklas.















Gambar 2.1 Bowen’s Reaction Series

Pengelompokan batuan beku berdasarkan tempat terjadinya :
Batuan beku dalam
Batuan beku gang/korok
Batuan beku luar

BATUAN METAMORF
Batuan yang telah ada sebelumnya mengalami perubahan menjadi batuan metamorf pada temperature dan tekanan tinggi yang berlangsung secara isokimia dari fase padat menuju fase padat tanpa melalu fase cair.
Proses Metamorfosa :
Rekristalisasi, perubahan ukuran kristal
Chemical recombination
Munculnya mineral baru oleh proses interaksi mineral batuan asli, contoh : kwarsa dan kalsit pada P & T tinggi membentuk wollastonit.
Chemical replacement
Munculnya mineral baru yang berciri magma/intrusi.
Berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhinya ada 3 jenis batuan metamorf :
Kontak/thermal
Metamorfosa akibat kenaikan temperatur (intrusi atau ekstrusi).
Dinamo
Metamorfosa akibat kenaikan tekanan (stress pada daerah sesar).
Regional
Metamorfosa yang terjadi akibat kenaikan tekanan dan temperatur secara bersamaan, umumnya pada daerah geosinklin yang dasarnya terus mengalami penurunan.

Berikut adalah gambar siklus batuan :








Gambar 2.2 Siklus Batuan

BATUAN SEDIMEN
Batuan yang telah ada sebelumnya (apakah itu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf), mengalami proses pelapukan (melalui proses kimia, fisika, dan biologi) dan tererosi dalam bentuk butiran dibawa media air atau angin ke dalam cekungan pengendapan.
Di cekungan proses pembentukan batuan sedimen dimulai, yang termasuk proses sedimentasi adalah, kompaksi, lithifikasi serta sementasi.
Koesoemadinata (1979) membagi batuan sedimen menjadi 5 (lima) golongan yakni :
Detritus, ada 2 kelompok utama hasil sedimentasi secara mekanis yaitu : detritus halus (ukuran butir <1/16 mm) dan detritus kasar (ukuran butir > 1/16 mm).
Karbonat, merupakan hasil dari sedimentasi kimiawi (ukuran butir > 1/16 mm).
Evaporit, akibat evaporasi air laut bersifat monomineralik, (Gypsum, Anhydrit).
Sedimen silika, silika yang bersifat monomineralik terjadi secara kimia (chert) dan organik (diatomea dan radiolaria).
Batubara, tersusun dari sisa – sisa tumbuhan.

DESKRIPSI MINERAL
Salah satu materi dari studi petrologi adalah meningkatkan keahlian dan kemampuan didalam mendeskripsi batuan. Baik secara megaskopis maupun mikroskopis untuk menentukan jenis batuan sebagai hasil akhir pemerian.
Metode Megaskopis
Dilakukan oleh peneliti secara langsung dilapangan, dengan bantuan loupe pada contoh setangan batuan.

Metode mikroskopis
Penelitian dilakukan pada sebuah sayatan tipis batuan yang diletakkan dibawah pandangan mikroskop polarisasi dengan penelitian komposisi kristal lebih detil.

ALAT DAN BAHAN
  Alat dan bahan yang di gunakan pada peraktikum batuan beku kali ini adalah :
lop atau kaca pembesar
penggaris
bolpoint
lembardeskripsi
camera hampone
2.6 HASIL ANALISA
DESKRISI BATUAN BEKU :
No. Urut : 1
Warna : Abu-Abu sedang
Jenis batuan : Batuan Beku Intermediet
Struktur : Masif ( Xinolifis )
Tekstur : - Kristalinitas             : Holokkris talin
- Granularitas : Afanatik
- Bentuk Kristal : Subhedral
- Relasi  : Equeranguler
Komposisi mineral    : Meneral fersik
8. Nama batuan             :  Andesit        










          Gambar 2.3 Batuan Beku Intermediet
DESKRISI BATUAN BEKU :
No. Urut : 5
Jenis batuan : Batuan Beku
Warna : Abu-Abu Sedang
Struktur : Anigdaloida
Tekstur : - Kristalinita  : Holokkris talin
            - Granularitas         : Fanarik
            - Bentuk Kristal     : Subhedral
- Relasi        : Iquekranuler
                                                -
Komposisi mineral : Mineral Fanatik ( Biotit, olivine, piroksin,
                                                Amhibo )
Nama batuan : Biotit













             Gambar 2.4 Batuan Beku Intermediet

DESKRIPSI BATUAN BEKU :
No urut : 9
Warna :  Abu-Abu gelap
Jenis batuan : Batuan Beku basa
Struktur :  Masif
          5. Tekstur : - Kristalinita  : Hipokristalin
 - Granularitas         : Afanarik
 - Bentuk Kristal     : Subhedral
  - Relasi        : Iquekranuler

6. Komposisi mineral   : Mineral mafik
7. Nama batuan            : Basalt


             Gambar 2.4 Batuan Beku Basa
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, ternyata dalam pemerian atau deskripsi batuan beku, metamorf dan sedimen dapat dilakukan secara Megaskopis dan Mikroskopis. Namun, kali ini penulis melakukannya secara Megaskopis. Di bawah ini penjelasan tentang pemerian batuan beku.
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN BEKU
Berdasarkan prosentase kehadiran senyawa silika atau SiO2 batuan beku dibedakan menjadi :
Batuan beku asam (66% SiO2)
Batuan beku intermediet (52% - 66% SiO2)
Batuan beku basa (45% - 52% SiO2)
Batuan beku ultra basa (< 45% SiO2)

WARNA
Warna adalah yang pertama kali dideskripsikan.
Warna yang terang disebut : abu – abu cerah, biasanya merupakan batuan beku asam.
Warna yang terang (sedang) disebut : abu – abu sedang, biasanya merupakan batuan beku intermediat.
Warna yang gelap di sebut : abu – abu gelap, hitam, dan lain – lain biasanya merupakan batuan beku basa.
Warna batuan beku yang penulis adalah hitam. Jadi, batuan beku tersebut termasuk ke dalam batuan beku basa.

STRUKTUR
Struktur adalah kenampakan batuan tersebut yang meliputi :
Vesikuler
Adanya lubang – lubang gas sewaktu penghabluran, arah lubang teratur.
Skoria
Seperti vesikuler tetapi arah lubang tidak teratur.
Amigdaloidal
Lubang – lubang gas berisi mineral sekunder.
Xenolitis
Fragmen batuan lain yang mengisi batuan yang mengintrusi.
Jika batuan tidak menampakkan tekstur seperti diatas disebut struktur masif.
Struktur batuan yang penulis amati adalah Skoria, karena secara megaskopis batuan tersebut memiliki arah lubang – lubang yang tidak teratur.

TEKSTUR
Pengamatan tekstur meliputi :
DERAJAT KRISTALISASI
Holokristalin : batuan terdiri dari massa kristal seluruhnya.
Holohyalin : batuan terdiri dari massa gelas seluruhnya.
Hipokristalin : batuan terdiri dari massa kristal dan massa gelas.
Kristalinitas batuan beku yang penulis amati adalah Holohyalin, karena batuan tersebut terdiri dari massa gelas seluruhnya.
GRANULARITAS
Fanerik : apabila kristalnya dapat terlihat jelas.
Afanitik : kristalnya amat halus sulit dibedakan dengan mata
  telanjang.
Porfiritik : kristal – kristal besar (phanerocryst) dilingkupi
  kristal – kristal halus.
Granularitas batuan beku yang penulis amati adalah Afanitik, karena secara megaskopis, penulis tidak dapat melihat dengan jelas kristal yang terdapat pada batuan tersebut.
BENTUK KRISTAL
Euhedral : batas mineral nampak sebagai bidang kristal masih
  asli.
Subhedral : sebagian batas mineral sudah tidak nampak lagi.
Anhedral : bidang asli kristal tidak nampak lagi.
Bentuk kristal batuan beku yang penulis amati yaitu tidak dapat teramati secara megaskopis.
HUBUNGAN ANTAR BUTIR (RELASI)
Equigranular : ukuran kristal relatif berukuran sama.
Ineguigranular : ukuran kristal relatif berukuran tidak sama.
Relasi batuan beku yang penulis amati yaitu tidak dapat teramati secara megaskopis akibat kristalnya sulit dilihat dengan mata telanjang.

KOMPOSISI MINERAL
Sebagai petunjuk untuk menentukan komposisi mineral adalah petunjuk indeks warna sebagai penentuan megaskopis :
Mineral Felsik (kristal mineral berwarna terang)
Kwarsa, Feldspar, Feldspatoid, Dan Muskovit.
Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap)
Biotite, Olivin, Piroksen, Amphibol.
Komposisi Mineral dari batuan beku yang penulis amati merupakan Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap). Namun, penulis tidak dapat menentukan mineral apa yang terdapat dalam batuan tersebut secara megaskopis.
GENESA
Genesa dari batuan beku basa yang penulis amati yaitu batuan ini terbentuk secara Extrusif atau terbentuk dari magma yang membeku di permukaan bumi dengan sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas dominan dibanding kristal.

Berdasakan seluruh pendeskripsian batuan beku yang penulis amati, batuan beku tersebut dalam batuan beku basa yang bernama “BATUAN OBSIDIAN”.

Tabel 2.1 Klasifikasi Batuan Beku Asam, Intermediate dan Basa-Ultra Basa Beserta Tekstur dan Komposisi Mineralnya
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN METAMORF
JENIS BATUAN
Batuan metamorf berdasarkan cara terbentuknya, dibedakan menjadi 2, yaitu :
Foliasi: hasil metamorfosa regional yang memperhatikan kesan perlapisan dari mineral – mineral yang terorientasi secara paralel atau sejajar.
Non Foliasi: hasil metamorfosa kontak / thermal yang tidak memperlihatkan kesan.
Jenis batuan metamorf yang penulis amati, yaitu Batuan Metamorf Foliasi yang dapat memperlihatkan kesan perlapisan yang terorientasi sejajar.
WARNA
Warna dari batuan metamorf foliasi yang kita amati yaitu abu – abu gelap.
STRUKTUR
Foliasi
Slaty Cleavage : penjajaran kristal mineralnya sangat halus,
cenderung mudah membelah. Contoh: Batu Sabak.
Filitik : penjajaran kristal mineral pipih dari kepingan-
kepingan mika. Contoh : Batu Filit.
Sekistos : perulangan penjajaran kristal mineral piph dan
butiran. Contoh :Batu Sekis.
Geneisic : perulangan penjajaran kristal mineral butiran/
granular, ketebalan perlapisan antar 1mm. Contoh: Batuan Geneis.










Gambar 2.7 Macam – macam Struktur Foliasi
Non Foliasi
Hornfelsik : tidak menunjukkan orientasi butiran, di jumpai pada batuan hornfels.
Kataklastik : merupakan pecahan atau fragmen batuan/mineral, dijumpai pada zona patahan.
Milonitik : sama seperti kataklastik tetapi butirannya lebih halus,zona patahan disini diperkirakan lebih kuat karena butiran lebih halus dan berorientasi mineral.
Struktur batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu Geneisic, disebabkan perulangan penjajaran kristal mineral granular, ketebalan perlapisan antar 1 mm.

TEKSTUR
Dibedakan menjadi 2, yaitu:
Kristaloblastik
Tekstur yang tumbuh saat metamorfosa, sehingga tekstur asal batuan tidak nampak.
Lepidoblastik : kesan orientasi sejajar pada mineral pipih.
Nematoblastik : orientasi sejajar pada mineral prismatik.
Granoblastik : butiran mineral yang berorientasi.
Porfiroblastik : kristal besar tertanam dalam massa dasar kristal lebih halus.
Idoblastik : berupa mineral euhedral.
Xenoblastik : berupa mineral anhedral.
Palimpsest (tekstur sisa dari batuan asal)
Tekstur batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu ter
masuk Kristaloblastik dalam jenis Granoblastik, karena terlihat dalam batuan tersebut butiran mineral berorientasi.

KOMPOSISI MINERAL
Dibedakan menjadi 2 golongan yaitu, :
Mineral Stress
Mineral berbentuk pipih, tabular atau prismatic (mika, hornblende, biotit).
Mieral Anti Stress
Mineral berbentuk equidimensional (kuarsa, kalsit, granit, dan lain – lain).
Komposisi Mineral batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu termasuk dalam Mineral Stress, karena mineral dari batuan ini berupa mika (berbentuk pipih). Namun, juga terdapat Mineral Anti Stress berupa kuarsa dan lain – lain.

GENESA
Genesa dari batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu batuan metamorf yang berasal dari batuan sedimen yang terjadi dalam temperatur dan tekanan yang tinggi.
Berdasarkan seluruh pendeskripsian batuan metamorf yang penulis amati, batuan metamorf tersebut termasuk dalam “Batuan Metamorf Geneis”.
 Tabel 2.2 Klasifikasi dan Identifikasi Batuan Metamorf

PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN
Berdasarkan penelitian secara megaskopis  pada setangan batuan sedimen yang penulis lakukan, penulis dapat mendeskirpsikan batuan sedimen sebagai berikut:
WARNA
Warna batuan sedimen pertama yang penulis amati adalah warna putih kuning kecoklatan. Sedangkan warna batuan sedimen kedua berwarna abu – abu gelap.

JENIS BATUAN
Berdasarkan cara terjadinya batuan sedimen dibagi menjadi 2, yaitu:
Sedimen klastik, yang terjadi melalu proses pelapukan / erosi baik pelapukan mekanik ataupun biokimia, umumnya berbentuk butiran/detritus, telah tertransportasi ke tempat lain.
Sedimen Non – klastik, pembentukannya biasanya in – situ, dan tidak berbentuk butiran, melalui proses pembentukan batuan sedimen secara biologi atau kimiawi.
Jenis kedua batuan sedimen yang penulis amati adalah batuan sedimen klastik, karena kedua batuan tersebut berbentuk butiran/detritus.
SEDIMEN KLASTIK
STRUKTUR
Struktur pada batuan sedimen ada berbagai macam struktur primer lapisan batuan yaitu : perlapisan, silang siur, graded bedding, ripple mark dan lain – lain.
Struktur kedua batuan sedimen yang penulis amati tidak dapat diketahui, karena struktur pada batuan sedimen hanya dapat diamati secara langsung di lapangan.
TEKSTUR
Pengamatn terdiri dari :
Ukuran butir
Menggunakan skala Wenworth sebagai pedoman pendeskripsian
Tabel 2.3 Skala Wenworth
Ukuran butir batuan sedimen yang pertama penulis amati adalah berukuran pasir halus (fine sand). Sedangkan batuan sedimen kedua yang penulis amati memiliki ukuran butir lebih besar yaitu berukuran pasir sedang (medium sand).
Derajat pemilahan
Tingkat keseragaman butir pembentukan batuan sedimen :
Pemilahan baik (well sorted)
Pemilahan sedang (moderalely sorted)
Pemilahan buruk (poorly sorted)
Adapun derajat pemilahan batuan sedimen pertama yang penulis amati adalah pemilahan sedang (moderalely sorted), karena tingkat keseragaman butir pembentukan batuannya lumayan seragam. Sedangkan derajat pemilahan batuan sedimen kedua tergolong kepada pemilahan buruk (poorly sorted). Karena butir pembentukan batuannya sangat tidak seragam.
Bentuk Butir
Macam – macam bentuk butir batua sedimen, yaitu:
Angular/menyudut
Sub angular/ menyudut tanggung
Sub rounded / membulat tanggung
Rounded / membulat
Well rounded / membulat sempurna
Setelah penulis amati, ternyata bentuk butir batuan sedimen pertama adalah tanggung sampai membulat. Sementara, bentuk butir batuan sedimen kedua yang penulis amati adalah menyudut tanggung (sub angular).
Porositas
Porositas adalah kemampuan batuan untuk menyerap dan menyimpan cairan dalam pori – porinya. Hal ini sangat tergantung pada kemas, ukuran butir, bentuk butir,dan kemas.
Porositas  batuan sedimen pertama yang penulis amati adalah porositas sedang. Berarti batuan tersebut cukup mampu menyerap dan menyimpan cairan dalam pori – porinya. Sedangkan batuan sedimen kedua memiliki porositas yang baik. Artinya batuan ini sangat mampu menyerap dan menyimpan cairan dalam  pori – porinya.
Kemas
Kemas tertutup
Adanya kontak antar butiran tanpa massa dasar diantaranya.
Kemas terbuka
Adanya massa dasar yang memisahkan antar butirnya.
Kemas dari kedua batuan sedimen yang penulis amati adalah kemas terbuka.
Kompaksi
Kompaksi adalah proses penyatuan pada material – material sedimen asehingga jarak antar material semakin dekat dan menyebabkan sedimen dapat menjadi kompak.
Kompaksi dari kedua batuan sedimen yang telah penulis amati adalah getas / bricle.
Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk dilalui fluida melalui media yang berpori – pori dan saling berhubungan.
Permeabilitas kedua batuan sedimen yang penulis amati tidak dapat diketahui karena tidak dapat diamati secara megaskopis.

KOMPOSISI MINERAL
Dibagi menjadi 3 komponen :
Fragmen,butiran atau fosil dengan ukuran relatif besar.
Matrik, butiran pembentuk dengan ukuran relatif lebih kecil dan kemas.
Semen, ada 3 jenis yaitu karbonat, silikat dan oksida besi.
Komposisi mineral dari kedua batuan sedimen yang penulis amati adalah sama, yaitu :
Fragmennya berupa batu gamping.
Matriknya berupa ukuran pecahan batu gamping.
Semennya berupa karbonat.

GENESA
Kedua batuan sedimen yang penulis amati terbentuk dari batuan non – klastik yang mengalami pelapukan, mengendap, dan bercampur dengan pasir.
Dari pendeskripsian dua contoh setangan batuan sedimen yang penulis lakukan, dapat diketahui nama batuan sedimen yang penulis amati adalah:
Batuan gamping klastik berukuran pasir (calcanerite).
Batuan gamping klastik berukuran pasir sedang (calcanerite) lapuk.
SEDIMEN NON – KLASTIK
Struktur
Pada batuan sedimen non klastik adalah organik, kimiawi, dan monomineralik.
Tekstur
Tekstur terdiri dari : kristalin, amorf, gelas, dan fibrous.

Tabel 2.4 Klasifikasi dan Identifikasi Batuan Sedimen

  KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, penulis dapat mendeskripsikan batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen.
Pada pemerian batuan beku yaitu batuan obsidian warna hitam termasuk batuan beku basa. Batuan ini termasuk dalam struktur scoria. Tekstur massa gelas seluruhnya. Bergranularitas Afanitik, sehingga mendeskripsikan bentuk kristal dan relasi sulit dilakukan. Komposisi mineral berupa mineral mafik. Batuan ini terbentuk secara extrusif dengan sangat cepat sehingga terbentuk gelas yang lebih dominan dibanding kristal.
Pada pemerian batuan metamorf yaitu batuan metamorf foliasi berupa batuan geneis warna abu-abu gelap berstruktur Geneisic. Teksturnya termasuk Kristaloblastik yaitu Granoblastik. Komposisi mineral termasuk mineral stress berupa mika. Batuan Geneis berasal dari batuan sedimen yang terjadidalam temperatur dan tekanan tinggi.
Pada pemerian batuan sedimen pertama yaitu “batugamping klastik berukuran pasir (calcanerite)” berwarna putih kuning kecoklatan dan berjenis batuan sedimen klastik. Dilihat dari struktur, ukuran butirnya fine sand, berbentuk membulat tanggung sampai membulat. Derajat pemilahannya adalah moderately sorted, berporositas sedang, berkemas terbuka dan kompaksinya getas/bricle. Permeabilitasnya tidak dapat diamati secara megaskopis. Komposisi mineralnya yaitu fragmen berupa batugamping. Matrik berupa ukuran pecahan batugamping dan semen berupa karbonat. Batu tersebut terbentuk dari batuan non-klastik yang mengalami pelapukan, mengendap dan bercampur dengan pasir.
Sedangkan batuan sedimen kedua yaitu “batugamping klastik beruikuran pasir (calcanerite) lapuk” berwarna abu-abu gelap. Jenis, struktur, permeabilitas, kemas, kompaksi, komposisi mineral dan genesa batuannya sama dengan batuan sedimen pertama. Sementara ukuran butir batu ini berukuran medium sand dengan bentuk butir menyudut tanggung. Derajat pemilahannya termasuk poorly sorted. Porositasnya cukup baik.
Jadi, dalam pengamatan secara megaskopis dapat dideskripsikan sifat dan ciri batuan melalui beberapa unsur yang dapat digunakan sebagai pembeda dengan batuan – batuan lain.

2.9 LEMBAR DESKRIPSI





























2.10 DAFTAR  PUSTAKA
         Modul ‘’ Buku praktikum Geologi fisik ‘’ Jurusan teknik perminyakan. Universitas Proklamasi 45 Yogyaakrta.




BAB III
PETA TOPOGRAFI

PENDAHULUAN
Untuk memberikan bekal kepada praktikan didalam membuat dan terutama membaca peta topografi. Sehingga praktikan mempunyai pengetahuan tentang bagaimana proses pembentukan peta topografi, serta dapat membuat dan membaca profil penampang vertikal dengan baik.

LATAR BELAKNG
Pada dasarnya peta merupakan miniature dua demensi yang menggambarkan .batuan-batuan bumi yang mengbarkan penyebaran dari permukaan bumi secara horizontal yang terlihat dari atas dengan skala tertentu, kurang lebiah sesuai dengan daerah yang sebenarnya.

TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum dari peta topografi ini adalah untuk mengetahui dan mengenal secara langsung bentuk dan cara membuat peta topografi serta karakteristiknya sehingga serta deskripsinya sehingga dapat mendeskripsikan peta topografi secara detail dan benar dan memmberikan bekal kepada praktikan didalam memmbuat terutama membaca petayopografi, sehingga praktikan mempunyai pengetahuan bagai mana proses tentang pembentukan peta topografi, serta dapatmembuat dan membaca profil penampang vertical dengan baik juga bisa di terapkan nantinya di dunia kerja khususnya di dunia perminyakan.




DASAR TEORI

Peta merupakan miniature dua dimensi yang menggambarkan bagian – bagian bumi dan penyebaran dari permukaan bumi secara horizontal yang terlihat dari atas dengan skala tertentu, yang kurang lebih sesuai dengan daerah yang sebenarnya.
Dengan penggambaran peta topografi, relief digambarkan dengan :
Garis Hachures
Berupa garis – garis lurus dari titik tertinggi ke arah titik terendah, searah lerengnya.
Shading (bayangan)
Pada daerah curam diberi bayangan gelap dan pada daerah landai bayangan cerah.
Painting (pewarnaan)
Pada umumnya warna akan semakin gelap pada daerah curam.
Garis Kontur
Digambarkan dengan cara – cara menghubungkan titik – titik yang mempunyai ketinggian yang sama.
Dalam kenyataannya metoda garis kontur lebih banyak digunakan.
Peta kontur mempunyai :
Sifat kualitatif
Hanya menunjukkan pola penyebaran bentuk roman muka bumi.
Sifat kuantitatif
Menunjukkan pola dan penyebaran secara horizontal dan vertical dengan besaran – besarannya.

Ada 3 unsur yang penting dalam peta topografi :
Relief
Fenomena di alam yang memperlihatkan tinggi atau rendahnya suatu daerah, meliputi: dataran, bukit, lembah, dan lain – lain. Pembentukan relief sangat dipengaruhi oleh factor endogen dan eksogen.
Drainage
Pola pengaliran adalah segala macam bentuk yang berhubungan dengan penyaluran air, baik di permukaan maupun dibawah permukaan bumi.
Culture
Segala bentuk hasil budidaya aktivitas manusia seperti: perumahan, jalan, pasar, dan sebagainya.
Unsur – unsur kelengkapan Peta Topografi antara lain :
Skala
Perbandingan jarak horizontal sebenarnya dengan jarak pada peta, ada 3 macam skala :
Skala RF (representative fraction scale)
1 : 60.000  atau  1/60.000
Artinya, 1 cm pada peta sama dengan 60.000 cm atau 600 meter sebenarnya.
SkalaGrafis
Perbandingan dengan menggunakan garis.
0 50.00


kilometers
Skala Verbal
Dinyatakan dengan ukuran panjang 1 cm = 10 km
Biasanya merupakan kombinasi antara skala RF (representative fraction scale) dengan skala verbal.
Orientasi Peta
Arah utara harus selalu dicantumkan, sebagai penyesuaian antara arah utara peta dan arah utara jarum kompas. Ada 2 arah utara:
Arah utara magnetik
Arah utara sebenarnya
Dalam peta topografi keduanya akan membentuk sudut yang disebut Deklinasi.
Legenda
Ditunjukkan dengan simbol dan gambar serta keterangan.
Indeks Administrasi
Berhubungan dengan perizinan di lapangan.
Coverage Diagram
Menunjukkan dari mana dan bagaimana memperoleh data (foto udara, pengukuran di lapangan atau berdasarkan sketsa).
Indeks to adjoining sheet
Lokasi atau kedudukan peta terhadap lembar peta disekitarnya (sistem quadrangle).
Edisi Peta
Judul Peta
Didalam pembuatan peta kontur kita harus dapat memahami sifat – sifat kontur :
Garis kontur merupakan garis tertutup.
Garis kontur tidak bercabang.
Garis kontur tidak akan saling bertemu dengan garis kontur yang berbeda nilainya.
Nilai garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut (0 meter).
Garis kontur rapat menunjukkan lereng curam.
Garis kontur renggang menunjukkan lereng landai.
Pada cliff garis kontur bisa saling memotong.
Garis kontur membelok ke arah hulu jika memotong sungai.
Garis kontur bergerigi menunjukkan suatu lembah atau cekungan.
Garis kontur putus – putus menunjukkan bagian puncak bukit.

Ada beberapa hal lagi yang diperhatikan yaitu didalam menentukan :
Interval Kontur
Merupakan jarak ventrikel antara garis kontur yang satu dengan garis kontur yang lain secara berurutan, dengan menggunakan rumus :
IK = skala peta × 1/2000
Kontur Indeks
Garis kontur yang tercetak lebih tebal dari pada garis kontur yang lainnya.
Profil Topografi
Merupakan salah satu cara untuk memperagakan konfigurasi dari permukaan bumi sepanjang penampang vertikal kerak bumi.
Fungsinya untuk memvisualisasikan bentang alam secara tegak/vertikal.
Untuk itu perlu skala, H : V = 1: 1 atau H : V = 1 : 2
Sistem Quadrangle
Di Indonesia ada 2 sistem :
Sistem Lama
Peninggalan Belanda dan hanya dipakai di Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:
Pembagian kotak dengan luas 20’ x 20’ berskala 1:100.000
Titik 0° bujur ada di Jakarta dan titik 0° lintang ada di equatorial.
Penomoran garis lintang dengan angka romawi sedang penomoran garis bujur dengan angka arab.

Contoh :         40
a B C d

e F G H
i J K L
m N O P
No lembar peta 40/XX, skala 1 : 100.000
No lembar peta 40/XX-A, skala 1 : 50.000
No lembar peta 40/XX-a, skala 1 : 25.000 (luas 9 X 9 km).
Sistem Baru
Notasinya semua ditulis dengan angka arab, pembagian kotak-kotaknya mempunyai luas 30’ x 20’ dengan 0 derajat dihitung dari Greenwich. Cara penulisannya adalah misal 5018 dengan angka 50 merupakan angka perubahan secara horizontal dengan angka 18 merupakan perubahan secara vertikal.
IV III
I II
Contoh:
2019 2119
2018 2118
Peta no. 2019 berskala 1 : 100.000
Peta no. 2019-IV berskala 1 : 50.000
Peta topografi biasanya dipergunakan sebagai peta dasar, yang mempunyai fungsi untuk merekam segala data-data bentang alam, seperti penyebaran batuan, sesar, lipatan, morfologi bentang alam, dan sebagainya.
Pembuatan peta topografi dibuat dan disesuaikan untuk berbagai kegunaan, seperti bidang militer, teknik sipil, pertambangan, dan sebagainya.





ALAT DAN BAHAN
        Alat dan bahan yang di gunkan pada saat praktikum peta geologi fisik peta topografi ini adalah :
1.kertas
2. pensil
3.bolpoint
Yang berfungsi untuk menggambar dan  membuat grafis-grafis komntur peta topografi.

HASIL PENGAMATAN

Gambar 3.1 Peta Topografi
PENAMPANG TOPOGRAFI
Gambar 3.2 Penampang Topografi

PEMBAHASAN
Pada peta topografi ini menggunakan interval kontur dengan kelipatan 25. Didalam peta topografi yang kita kerjakan, hulu berada diatas peta yaitu garis sungai yang tidak bercabang. Jika garis kontur melewati atau memotong maka garis kontur itu akan dibuat belokan yang arahnya ke arah hulu sungai sup
aya pembaca mengetahui dan memahami bahwa yang dilewati adalah sungai, danau, dan lain sebagainya. Di peta juga ditemukan ketinggian yang berada diantara ketinggian 410 dan ketinggian 465 yaitu ketinggian 480 yang dianggap sebagai suatu daratan tinggi atau gunung.
Kemudian dibuatlah penampang dari garis kontur yang sudah dibuat di peta topografi tersebut yang menghasilkan suatu lereng. Lereng didalam peta topografi ini menunjukkan bahwa didalam peta topografi, semakin menuju ke hulu maka semakin tinggi dan curam lereng yang terbentuk. Gunung atau dataran tinggi ditunjukkan dengan angka yang lebih besar diantara bilangan angka yang lebih kecil atau dengan pewarnaan yang lebih terang dari pewarnaan lembah yang diwarnai dengan warna lebih gelap.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah penulis lakukan, penulis dapat menambah pengetahuan tentang pembuatan dan bagaimana cara membaca peta topografi sehingga penulis mempunyai pengetahuan tentang bagaimana proses pembentukan peta topografi sekaligus membuat dan membaca profil penampang secara vertikal. Penulis juga dapat berlatih menggambar relief dengan garis kontur. Dalam peta topografi ini, penulis dapat menyimpulkan adanya relief didalam peta topografi yang dibuat. Di dalamnya terdapat lereng dan gunung atau dataran tinggi, di dalam peta topografi ini ditunjukkan dengan angka 480 yang dikelilingi oleh angka 410 dan angka 465 yang  disimbolkan sebagai ketinggian menyimpulkan bahwa di  ketinggian 480 di anggap sebagai dataran tinggi atau gunung sedangkan untuk ketinggian 410 dan ketinggian 465 merupakan lereng atau dataran rendah. Setelah kita dapat membuat garis kontur kita juga membuat penampang dari garis kontur yang sudah terbentuk. Hal ini dilakukan untuk dapat membaca profil penampang vertikal dengan baik.
3.9   LEMBAR DESKRIPSI
     



















3.10 DAFTAR  PUSTAKA
         Modul ‘’ Buku praktikum Geologi fisik ‘’ Jurusan teknik perminyakan. Universitas Proklamasi 45 Yogyaakrta.

BAB IV
STRATIGRAFI

PENDAHULUAN
Memberikan peragaan secara langsung proses pembuatan kolom penampang stratigrafi melalui langkah – langkah tertentu serta sejarah pengendapannya.

4.2    LATAR BELAKANG

Pada umumnya statigrafi merupakan ilmu yang memmpelajari gambaran serta lapisan hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya dalam ruang dan waktu geologi, Statigrafi di gunaksn untuk mendapatkan serta penyeluru  urutan-urutan lapisan antara batuan secaa vertikal menurut waktu.

4.3     TUJUAN PRAKTIKUM
                 
Tujuan praktikum pada peraktikan kali ini memmberikan pengarahan secara langsung proses pembuatan kolom penampang statigrafi sejarah pebngendapannya.
                 
4.4 DASAR TEORI
Stratigrafi merupakan ilmu yang mempelajari gambaran serta hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya dalam ruang dan waktu geologi. Dasar dari penyusunan lapisan batuan dari yang tertua di bagian bawah sampai yang termuda di bagian atas berdasarkan data-data yang diketemukan  di alam, telah menggambarkan sejarah geologinya.
Dengan menyusun stratigrafi kita bisa menafsirkan kemungkinan terjadinya jebakan ekonomis seperti : migas.
Penyusunan stratigrafi batuan didasarkan pada :
Lithostratigrafi
Biostratigarfi
Kronostratigrafi
Unsur-unsur stratigrafi, meliputi : Batuan, Struktur sedimen dan Waktu.
Berdasarkan metode dipakai untuk menentukan waktu geologi, antara lain :
Metode fossil ; biostratigrafi
Metode lapisan ; lithostratigrafi
Metode paleomagnetik
Metode radioaktif
Metode fission track
Beberapa Konsep Dasar Stratigrafi
N. Steno, 1667
Hukum Superposisi
Pada kondisi normal, maka lapisan yang tua tertutup oleh lapisan lebih muda yang terletak diatasnya.
Hukum Keaslian Horisontal
Lapisan batuan sedimen pada awalnya diendapkan pada permukaan horisontal/relatif sejajar dengan permukaan dasar tempat pengendapan.
Hukum Kesinambungan Lateral
Lapisan sedimen pada suatu cekungan akan terbentuk lateral dan membaji pada bagian tepinya. Terkecuali pada lingkungan pengendapan dibawah ini :















Gambar 4.1 Lingkungan Pengendapan Pengecualian Pembentukan Lateral
J. Hutton, 1785, Hukum Keseragaman
Proses-proses yang terjadi di masa lampau akan mengikuti hukum-hukum yang berlaku pada masa sekarang.
De Soulovie, 1877, Hukum Urutan Fauna
Fossil pada setiap lapisan bawah akan berbeda dengan fossil lapisan diatasnya.
William Smith, 1816, Hukum Identifikasi Lapisan Dengan Fossil
Lapisan-lapisan batuan dibedakan berdasarkan sifat-sifat fossil berupa fossil diagnostik/fossil indeks.
George Cuvier, 1769, Hukum Kepunahan Organik
Lapisan batuan yang lebih muda mengandung fossil yang menyerupai makhluk sekarang dibanding masa lampau yang terkandung pada lapisan yang lebih tua.
Hukum Penerobosan
Suatu penerobosan atau intrusi umurnya akan lebih muda daripada lapisan batuan yang diterobosnya.

Gambar 4.2 Intrusi Batuan
Hubungan Strata
Dibedakan menjadi 2 :
Ketidakselarasan (unconformity)
Peristiwa tidak menerusnya sedimentasi karena adanya gap atau bidang erosi. Ada 4 jenis ketidakselarasan :
Disconformity.
Batas ketidakselarasan atau bidang erosi sejajar dengan perlapisan batuan, faktor penyebabnya bisa tektonik pengangkatan.

Gambar 4.3 Disconformity
Nonconformity
Batas ketidakselarasan merupakan persentuhan antara batuan beku/metamorfosa dengan batuan sedimen.

Gambar 4.4 Nonconformity
Angular Unconformity
Batas ketidakselarasan antara lapisan batuan sedimen dengan batuan sedimen lainnya membentuk sudut seperti pada pegunungan lipatan.

Gambar 4.5 Angular Conformity
Para Conformity.
Bidang ketidakselarasan sejajar perlapisan batuan sedimen, sehingga agak sulit untuk dideteksi dan biasanya bidang erosi berupa basal konglomerat.

Gambar 4.6 Para Conformity

Keselarasan (Conformity)
Hubungan antar lapisan batuan sedimen menerus tidak mengalami gangguan.
KORELASI
Adalah menghubungkan perlapisan-perlapisan batuan sedimen yang mempunyai kesamaan waktu yang berada dalam satu posisi stratigrafi yang sama atau dalam cekungan sedimen yang sama, dengan membandingakn kemiripan antar batuannya.
Ada 2 macam korelasi :
Korelasi Fisik
Berdasarkan kesamaan lithologi dan variasi lateralnya dibedakan :
Sifat batuan
Keteraturan variasi lithologi
Adanya ketidakselarasan
Sifat kelistrikan batuan
Sifat radioaktif
Korelasi Paleontologi
Fossil Indeks
Evolusi fossil

PENAMPANG STRATIGRAFI
Penampang stratigrafi digunakan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh urut-urutan lapisan antar abtuan secara vertikal menurut waktu.
Dalam pembuatannya harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu :
Deskripsi batuan pada setiap lapisan.
Ketebalan dan skalanya.
Hubungan antara batuan atau kontaknya.
Interpretasi lingkungan pengendapan dari fossilnya.
Menyusun urutan sedimentasi.
Menyusun urutan umur batuan dalam ruang dan waktu geologi.

ALAT DAN BAHAN
        Alat dan bahan yang di gunkan pada saat praktikum peta geologi fisik peta topografi ini adalah :
1.kertas
2. pensil
3.bolpoint
Yang berfungsi untuk menggambar dan  membuat grafis-grafis komntur peta topografi.

HASIL ANALISA

Gambar 4.6 Stratigrafi Batuan
PEMBAHASAN
Berdasarkan gambar pada praktikum yang penulis lakukan, ada beberapa batuan yang mengalami keselarasan (conformity) yaitu mulai batulempung, batupasir, napal, dan breksi karena antar batuan sedimen tersebut berlapis menerus tidak mengalami gangguan. Namun, pada lapisan batugamping mengalami disconformity, hal tersebut terjadi karena ada kegiatan tektonik sehingga mengakibatkan kekosongan ditengah batugamping yang terisi konglomerat.
Dari segi umur batuan tersebut, jika di urut dari umur batuan paling tua yaitu: batulempung, batupasir, napal, breksi, batugranit (sebagai batu instrusi yang menerobos), batugamping, dan batulempung muda sebagai batuan penutup.
Dari pewarnaan batuannya, batulempung yang berada di lapisan terbawah berwarna hijau tua, kemudian batu pasir berwarna kuning, napal berwarna hijau muda, batu breksi berwarna orange, batugamping berwarna biru muda sedangkan batuan yang  menginstrusinya berwarna jingga. Batu lempung di lapisan teratas merupakan batulempung yang umurnya muda sehingga berwarna hijau tua yang lebih muda dari batu lempung yang berada di lapisan terbawah.

KESIMPULAN
Setelah menyelesaikan praktikum stratigrafi, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada gambar yang diberikan oleh asisten ternyata ada selaras atau conformity yaitu: batulempung, batupasir, batunapal, dan batubreksi. Hal tersebut terjadi karena antar batuan sedimen tersebut berlapis menerus. Selain itu, juga terdapat batugamping yang tersusun secara tidak selaras atau unconformity disebabkan adanya kegiatan tektonik sehingga terjadi kekosongan di tengah batugamping. Lain halnya dengan batuan beku yang menerobos batu lempung, batupasir, napal dan breksi sehingga terjadi nonconformity karena umur batuan beku tersebut lebih muda.
Umur batuan tersebut dari yang paling tua yaitu : batulempung, batupasir, batunapal, batubreksi, batugranit(yang menerobos), batugamping, dan batulempung muda sebagai  batuan penutup.

LEMBAR DESKRIPSI
       

4.10 DAFTAR  PUSTAKA
         Modul ‘’ Buku praktikum Geologi fisik ‘’ Jurusan teknik perminyakan. Universitas Proklamasi 45 Yogyaakrta.




BAB V
GEOLOGI STRUKTUR

PENDAHULUAN
Mengenalkan praktikan gambaran secara dua dimensi (peta geologi), serta pada tiga dimensi (blok diagram). Disamping memahami bagaimana kontrol struktur (lipatan dan sesar) menyebabkan perubahan atau deformasi terhadap lapisan batuan sedimen.

5.2    LATAR BELAKANG
       
Geologi setruktur adalah merupakan  ilmu yang mempelajari bentuk    arsitektur bumi  termasuk gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya perubahan pada kulit bumi.

  TUJUAN PERAKTIKUM

Tujuan peraktikum pada kali ini adalah mengenalkan peraktikan gambaran secara dua demensi ( Peta geologi ) serta pada tiga deminsi ( Blok diagram ), di sampig memhami bagian kontrol lipatan sturktur (Lipatan dan sesar) menyebabkan perubahan atau formasi terhadap lapisan batuan sedimen.            
       
 DASAR TEORI
Geologi Struktur adalah merupakan ilmu yang mempelajari bentuk arsitektur bumi termasuk gejala-gejala yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada kulit bumi.
Ada 2 macam Struktur Geologi :
Struktur Primer
Struktur ini terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan batuan sedimen. Contoh : struktur sedimen; perlapisan, silang siur, dan lain-lain.
Struktur Sekunder
Struktur ini terbentuknya setelah proses pengendapan batuan sedimen, berupa deformasi akibat gaya-gaya dari dalam bumi. Contoh: sesar, lipatan, kekar.

STRUKTUR PRIMER
Harus diperhatikan disini adalah karena adanya perlapisan batuan maka perlu diukur :
Jurus lapisan batuan
Kemiringan lapisan batuan
STRUKTUR SEKUNDER
Kekar atau joint
Suatu rekahan pada massa batuan tetapi tidak mengalami pergeseran pada bidang rekahanya, lebih dipengaruhi oleh pengurangan atau hilangnya tekanan/tarikan yang bekerja dalam kerak bumi.
Klasifikasi Kekar :
Berdasarkan bentuknya :
Sistematik joint, dijumpai berpasangan dengan arah saling sejajar.
Non Sistematik joint, dapat saling bertemu tetapi tidak memotong kekar lainnya.
Berdasarkan ukurannya :
Micro joint, ukuran kekar sangat kecil, hanya dapat diamati dengan mikroskop.
Major joint, dapat dilihat secara megaskopis.
Master joint, ukuran kekar dapat mencapai 100 ft, dapat diamati dengan foto udara.
Berdasarkan cara terjadinya :
Shear joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh tekanan.
Tension joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh pengurangan atau hilangnya tekanan.
Release joint, kekar yang terjadi diakibatkan oleh pengurangan atau hilangnya tekanan

Perlipatan
Proses epirogenesa/orogenesa yang mengakibatkan batuan sedimen mengalami pengangkatan jalur gerak bumi oleh tenaga endogenik sehingga terbentuk pembubungan batuan berupa antiklin. Tenaga endogenik disini adalah gaya tekanan dan tarikan.
Bagian-bagian dari perlipatan :
Sinklin
Antiklin
Limb, sayap
Axial plane, bidang planar lipatan
Axial surface
Axial line, garis poros/garis khayal yang menghubungkan titik-titik lengkung maksimum pada permukaan bidang lipatan.
Jenis-jenis Lipatan :
Lipatan Overturned
Lipatan Recumben atau Rebah
Lipatan Menunjam
Lipatan Tidak Menunjam
Lipatan Simetri
Lipatan Asimetri

Gambar 5.1 Bentuk Geometri Lipatan dan Bagian-bagiannya

Gambar 5.2 Struktur Lipatan Dalam Blok Diagram dan Kenampakan
Dalam Peta Topografi
Patahan/Sesar
Bidang rekahan dalam kulit bumi yang mengalami pergeseran, dimana arahnya sejajar dengan bidang rekahannya dan menyebabkan perbedaan posisi dari massa batuan yang satu dengan yang lain. Sesar terjadi pada zona lemah yang terjadi pada batuan yang keras dan rapuh dimana pergeserannya mencapai ribuan kilometer, contoh : Sesar Semangko Sumatera.
Unsur-Unsur Sesar :
Hanging Wall, massa batuan di  bagian atas bidang sesar.
Foot Wall, massa batuan di bagian bawah bidang sesar.
Bidang Sesar, bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang tergeserkan.
Throw, jarak pergeseran secara vertikal.
Klasifikasi Sesar berdasarkan pergerakan relatif bidang sesarnya :
Sesar Naik
Arah poros utama tegasan terbesar adalah vertikal/gaya berat, sehingga sering disebut sebagai Gravity Fault. Hanging wall relatif naik terhadap foot wall.
Sesar Turun
Arah poros utama tegasan terbesar adalah horisontal. Hanging wall relatif nai terhadap foot wall. Berdasarkan dip/kemiringannya sesar naik dibedakan menjadi 3 yaitu :
Reverse Fault, dip bidang sesar > 450.
Thrust Fault, dip bidang sesar < 450.
Overthrust Fault, dip bidang sesar < 100.

Gambar 5.3 Bagian – bagian Struktur Sesar Turun


Gambar 5.4 Sesar Turun, Sesar Naik, Sesar Geser, Horst dan Graben

Sesar Mendatar
Poros utama tegasan terbesar adalah horizontal dengan arah gerakan sejajar dengan jurus bidang sesarnya.

KONSEP TEKTONIK LEMPENG
Konsep tektonik lempeng pada perkembangannya dapat diterima dengan baik oleh para ahli kebumian, terutama berkenaan dengan penerapannya didalam eksplorasi migas. Dimana banyak penemuan cekungan-cekungan migas ditemukan dengan mempergunakan model tektonik lempeng.
Indonesia merupakan produk daripada pertemuan 3 lempeng besar :
Lempeng Samudra hindia-Australia, bergerak relatif ke utara.
Lempeng Benua Asia, bergerak relatif ke selatan.
Lempeng Samudra Pasifik, bergerak relatif ke barat.
Akibatnya interaksi ketiga lempeng diatas, maka Indonesia memiliki sekitar 60 cekungan.

ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang di gunakan kali ini adalah:
Lembar deskripsi
Pensil waran atau spidol warna
Pensil
Penggaris
Penghapus
Bolpoint
Dimana alat dan bahan ini yang di gunakan untuk membentuk setruktur lipatan yang terlihat duwa demensi maupun tiga demensi dan tak lupa pula untuk memmberikan warna masing-masing lipatan.



HASIL ANALISA


















PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, dapat dijelaskan bahwa pada gambar A terdapat 3 lapisan yaitu lapisan a,b, dan c. Pada gambar penulis, a berwarna kuning, b berwarna hijau dan c berwarna merah. Gambar tersebut ada dalam keadaan Antiklin.
Pada gambar B, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar tersebut terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Dan bagian belakangnya naik. Sedangkan pada gambar C dapat dijelaskan bahwa dari pengangkatan tersebut terjadi erosi sehingga bagian belakang dari lapisan – lapisan tersebut hilang, dan menjadi gambar C. Saat erosi itu terjadi, lapisan C hilang sehingga hanya tertinggal lapisan a dan b.






Gambar 5.6 Lapisan Sesudah Terjadi Erosi Dalam Keadaan Antiklin
Setelah itu, penulis membuat gambar dua dimensi dari gambar C. Gambar dua dimensi tersebut digambar di kolom D.
Gambar – gambar selanjutnya berada keadaan sinklin. Penulis menentukan lapisan a berwarna kuning, lapisan b berwarna hijau dan lapisan c berwarna merah. Gambar E berada dalam keadaan normal dan pada gambar F, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar tersebut terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Bagian belakangnya naik. Sedangkan pada gambar G, dari pengangkatan itu terjadilah erosi sehingga bagian belakang  hilang dan menjadi gambar G. Saat erosi itu terjadi, lapisan hilang dan hanya tertinggal lapisan b dan c.









Gambar 5.7 Lapisan Sesudah Terjadi Erosi Dalam Keadaan Sinklin


5.8 KESIMPULAN
Setelah menyelesaikan praktikum geologi dasar, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada lipatan antiklin yang tersesarkan, gambar B adalah sesar naik karena bagian belakang lapisan – lapisan tersebut naik dilanjutkan pada gambar C, bagian yang naik tersebut mengalami erosi. Sehingga akhirnya pada kotak D, menggambarkan gambaran dua dimensi dari gambar C.
Sedangkan pada lipatan sinklin yang tersesarkan, gambar F berupa sesar naik karena bagian belakang lapisan – lapisan tersebut naik dan pada gambar G, bagian yang naik tersebut mengalami erosi. Sehingga akhirnya pada kotak H, menggambarkan gambaran dua dimensi dari gambar G.







LEMBAR DESKRIPSI

















5.10  DAFTAR  PUSTAKA
         Modul ‘’ Buku praktikum Geologi fisik ‘’ Jurusan teknik perminyakan. Universitas Proklamasi 45 Yogyaakrta.

BAB VI
INTERPRETASI PETA GEOLOGI

PENDAHULUAN
Meningkatkan kemampuan praktikan dalam membaca peta geologi dan profil penampang vertical, yang akan sangat berguna dalam menentukan lokasi pipa bor (wildcat) pada eksplorasi pemboran awal.

6.2    LATAR BELAKANG
       
Pada dasarnya dalam eksplorasi migas yang bertujuan untuk menemukan lokasi jebakan hidrokarbon. Setiap tahapan yang di lakukan untuk menemukan jebakan hidrokarbon lebihbersifat interpretasi beradasrkan dat-data yangdi dapat.
Ekspolarasi sangat tergantung pada keakuratan hasil pendataan yang ada, di mulai dari penginderan jarak jauh berupa foto udara satelit, [pemetaan atau surfei geologi baik regional maupun lokasi penelitian di lanjutkan dengan survey geofisika brupa metode gaya berat dan seismik dan di akhiri dengan tahap awal (Wlidcat).

6.3    TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikan pada ali ini meningkatkan kemampuwan praktikan dalam embaca peta geologi dan profil penampang vertical, yang berguna dalam menentukan lokasi (wildcat) pada ekspolorasi pemboran awal.

6.4    DASAR TEORI
Didalam eksplorasi migas yang bertujuaan untuk menemukan lokasi jebakan hidrokarbon. Setiap tahapan yang dilakukan untuk menemukan jebakan hidrokarbon lebih bersifat interpretasi berdasarkan data-data yang didapat.
Eksplorasi sangat tergantung pada keakuratan hasil pendataan yang ada, dimulai dari penginderaan jarak jauh berupa foto udara atau foto satelit, pemetaan atau survey geologi baik regional maupun lokasi penelitian dilanjutkan dengan survey geofisika berupa metode gaya berat dan seismik dan diakhiri dengan tahap pemboran awal (wildcat).
Eksplorasi berasal dari kata kerja to explore yang artinya to travel through (a place) for the purpose of discovery atau to examine more carefully in order to learn more. Dari pengertian dasar tersebut menunjukkan bahwa didalam eksplorasi migas terdapat dua pengertian pokok yaitu mencari dan menunjukkan lokasi dari akumulasi hidrokarbon untuk dibor, diproduksi dan akhirnya dipelajari dalam artian yang luas.

Metode Eksplorasi
Setiap produksi petroleum di dunia melalui beberapa tahap penelitian sebagai berikut :
Tahap Pengumpulan dan Analisa Data
Yang diharapkan dari metode ini adalah mendeteksi tebal dan kualitas batuan reservoir, penyebaran batuan secara lateral dan vertikal, kehadiran batuan induk dan sistem perangkapnya.
Tahap Eksplorasi Geologi
Geologi permukaan, berupa pemetaan geologi, pemetaan rembesan migas.
Geologi bawah permukaan, berupa struktur kontur, peta isopach, korelasi struktur dan reservoir serta prosentasi pasir.
Tahap Survey Detail Geologi
Terdiri dari analisa struktur, analisa dan evaluasi reservoir, analisa stratigrafi, dan lain-lain.
Tahap Survey Geofisika
Metode grafitasi/gaya berat, didasarkan densitas batuan.
Metode seismik, didasarkan pada rambat gelombang buatan dalam media padat.
Tahap Pemboran Eksplorasi Detail
Setelah dilakukan berbagai analisa dan interpretasi dari data-data geologi dan geofisika maka diputuskan untuk meletakkan titik-titik bor awal atau sering disebut dengan pemboran liar (wild cat exploration drilling). Pemboran awal tersebut sekaligus juga untuk mendapatkan data-data sebagai berikut:
Analisa core dan cutting.
Analisa akualitatif dan kuantitatif dari log mekanik.
Korekasi sumur.
Data-data tersebut diatas biasanya digunakan untuk studi reservoir serta evaluasi formasi. Dari data-data tersebut diharapkan akan menghasilkan informasi yang akurat seperti: volume migas yang terkandung, jumlah cadangan yang dapat di produksi, jenis perangkap dan informasi susunan stratigrafi batuan.
Apabila didapatkan minyak yang potensial secara ekonomis maka akan menjadi sumur pengembangan yang berproduksi.
Sehingga dari seluruh penjelasan diatas dapat kita mengerti betapa pentingnya keakuratan dan keamatian pengamatan di lapangan untuk dapat menghasilkan data – data geologi yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini seorang petroleum geologist akan menitikberatkan penelitian terhadap ada tidaknya batuan reservoir, batuan penutup, kemungkinan perangkapnya serta ada tidaknya seepage oil/gas di sekitar lokasi.

6.5 ALAT DAN BAHAN
                Alat dan bahan yang di gunakan pada saat praktukum pada saat inin adalah:
1.pensil
2. pensil warna
3. bolpoint
4. penggaris
5. Gambar garis kontur dengan patahan
Yang berfungsi untuk memmbuat penampang untuk member warna pada gambar yang sesuai dengan batuannya.







HASIL ANALISA

















Gambar 6.2 Peta Morfologi
6.7    PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, ternyata di dalam Pembuatan struktur geologi, terlebih dahulu penulis menentukan berbagai hal. Pertama, penulis membuat penampang terlebih dahulu berdasarkan garis cross section pada gambar yang disediakan. Kedua, membuat sesar naik dengan kemiringan 50o dan sesar turun. Lalu, perhatikan batas antar batuan dari garis cross section dan tarik lurus ke bawah dengan memberikan garis putus – putus serta menandai pada garis penampang yang lurus dengan angka garis kontur.
Kemudian pada gambar peta topografi yang terdapat pembatas antar batuannya, diluruskan ujung terakhir pembatas batuannya menggunakan penggaris dan memberi tanda pada garis penampang. Setelah diberi tanda, ditariklah garis pembatas antar batuan pada struktur geologi yang akan dibuat. Saat bertemu dengan sesar naik, maka terjadilah pergeseran naik pada lapisan – lapisan batuan, sedangkan saat bertemu dengan sesar turun, maka terjadilah pergeseran menurun pada lapisan – lapisan batuan itu.
Setelah itu, menggambar lambang batuan berdasarkan garis pembatas yang sudah digambarkan.

 KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktikum struktur geologi, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam membuat peta morfologi, harus memerhatikan hal – hal tertentu. Yaitu, harus membuat penampang terlebih dahulu, setelah menyatukan garis penampangnya, menentukan sudut sesar. Untuk sesar naik kemiringannya 50o dan sesudah itu membuat sesar turun. Selanjutnya, meluruskan ujung garis pembatas antar batuan pada peta topografi dengan garis penamapang dan dilanjutkan dengan penarikan garis pembatas antar batuan pada peta geologi yang akan dibuat. Saat garis bertemu dengan sesar naik, akan terjadi pergeseran naik dan juga sebaliknya. Akhirnya, menggambar lambang batuan – batuan berdasarkan garis pembatas lapisan batuannya

6.9   LEMBARDESKRIPSI

















6.10  DAFTAR  PUSTAKA
         Modul ‘’ Buku praktikum Geologi fisik ‘’ Jurusan teknik perminyakan. Universitas Proklamasi 45 Yogyaakrta.












.





BAB VII
KUNJUNGAN LAPANGAN GEOLOGI KULON PROGO

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Formasi Nanggulan merupakan batuan yang paling tua pada Cekungan Kulon Progo (Stratigrafi daerah Kulon Progo). Formasi ini tersingkap dengan baik di daerah Kalisonggo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.
Banyak ahli geologi yang melakukan penelitian di daerah ini, diantaranya meneliti tentang intrusi batuan beku, mengkaji keberadaan lapisan batubara, termasuk Potensi Serpih Eosen Formasi Nanggulan sebagai Batuan Sumber Hidrokarbon.
Maksud dan Tujuan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk lebih memahami aplikasi Mata Kuliah dan Praktikum Geologi Dasar, sedangkan tujuannya adalah agar lebih mengenal kondisi lapangan yang pada akhirnya akan memberikan pemahaman dalam mengikuti mata kuliah selanjutnya maupun dunia kerja bagi mahasiswa Teknik Perminyakan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
Lokasi Daerah Penelitian
Formasi Nanggulan tersingkap baik di daerah Kalisonggo, yang terletak sekitar 25 Km sebelah barat Kota Yogyakarta. Daerah ini berada dilereng timur pegunungan Kulon Progo (Gambar 7.1).

Gambar 7.1. Peta Lokasi Lapangan Kalisonggo
PEMBAHASAN
STRATIGRAFI REGIONAL
Urut-urutan stratigrafi regional dari tua ke muda (Gambar 7.2) adalah sebagai berikut : (Pringgoprawiro dan Riyanto, 1987).
Formasi Nanggulan
Litologi Formasi Nanggulan terdiri dari batupasir, napal, batugamping, batulempung dengan fosil foraminifera besar dan batupasir dengan sisipan batubara muda (lignite). Umur Eosen Tengah sampai Oligosen Bawah.Tebal + 400 m.
Interpretasi dari data graviti (Gambar 7.3) menunjukkan bahwa batuan sedimen Eosen bawah permukaan mencapai ketebalan 1.100 m yang penyebarannya meliputi wilayah Kulon Progo sampai Sub-Cekungan Yogyakarta (Winardi dkk, 2013).
Anggota Seputih
Pada daerah telitian tidak dijumpai adanya Anggota Seputih tetapi peneliti mengetahui bahwa hubungan antara Formasi Nanggulan dengan Anggota Seputih adalah selaras, singkapan napal anggota seputih dapat teramati dengan jelas di daerah Watumurah sebelah barat G. Mujil.
Formasi Kaligesing
Formasi Kaligesing tidak selaras di atas Formasi Nanggulan, terdiri dari breksi laharik dengan sisipan lava andesit dan batupasir tufaan. Formasi Kaligesing merupakan endapan darat. Umur Formasi Kaligesing adalah Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Tebal lebih dari 660 m. Hubungan silang jari dengan Formasi Dukuh.
Formasi Dukuh
Formasi Dukuh terdiri dari perselingan breksi, batupasir kerikilan, batulempung dan batugamping yang mengandung foraminifera. Formasi Dukuh diendapkan pada laut terbuka dan kipas laut dalam. Umur Formasi Dukuh adalah Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Ketebalan lebih dari 660 m.
Formasi Jonggrangan
Litologi Formasi Jonggrangan terdiri dari batugamping terumbu, koral, moluska dan foraminifera besar, dengan sisipan napal, diendapkan pada lingkungan laut. Umur Formasi Jonggrangan Miosen Tengah dan mempunyai ketebalan 150 m.
Formasi Sentolo
Formasi ini terletak tidak selaras di atas Formasi Kaligesing maupun Formasi Dukuh. Litologi pada bagian atas formasi ini dominan batulempung sedang pada bagian bawah dominan napal dengan sisipan batugamping. Diendapkan pada lingkungan laut terbuka. Umurnya adalah Miosen Tengah sampai Pliosen. Tebal tidak kurang dari 1100 m.
Aluvial Kuarter


Aluvial Kuarter merupakan endapan vulkanik darat, terdiri dari breksi, Lava dan lahar hasil produk vulkanik Kuarter. Tebal rata-rata 7 m. Umur endapan vulkanik adalah Plistosen.


Gambar 7.3. Interpretasi bawah perrmukaan dari data gravity penampang Kulon Progo dan titik dimana model sejarah pengendapan dibangun (Pertamina, 2008 dalam Winardi, 2013)

STRATIGRAFI DAERAH KALISONGGO
Stratigrafi daerah Kalisonggo berdasarkan kesamaan dan ciri-ciri litologi, mengikuti pembagian dan tatanan stratigrafi dari Pringgoprawiro dan Riyanto (1987). Stratigrafi daerah ini dapat dilihat pada Gambar 7.3.

Gambar 7.4. Stratigrafi daerah Kalisonggo (Widiyanto, 2007)

HASIL PENGAMATAN LAPANGAN DI KULON PROGO
Lokasi Pertama
Lokasi pertama, berada di formasi nanggulan, di lokasi tersebut kami menemukan adanya ketidakselarasan, yaitu intrusi (berada di dekat sungai). Batuan beku yang mengintrusi adalah batuan beku basa ekstrusif karena tekstur batuannya halus dan menembus permukaan. Diperkirakan umur absolut batuan tersebut kurang lebih 57 juta  tahun lalu. Lebih tepatnya nama batuan yang mengintrusi adalah batuan basalt, ciri ciri dari batu basalt berbentuk seperti bantal, intrusi tersebut menembus sampai lapisan breksi yang masih berada di formasi nanggulan itu sendiri.

Gambar 7.5. Singkapan Jenis Dike

Lokasi Kedua
Lokasi kedua, masih berada di formasi nanggulan, di lokasi tersebut kita menemukan lapisan batu serpih atau  lanau  (batuan sedimen), letaknyapun berdekatan dengan aliran sungai. Stuktur batuan di lokasi tersebut bersusun. Lokasi tersebut di lihat dari stuktur dan jenis batuannya sangat cocok untuk source rock atau batuan induk dimana oil dan gas terjadi. Pada lokasi tersebut, didalam susunan lapisannya juga terdapat batu bara yang masih tergolong muda atau disebut juga liknit. Dibawah ini gambar Intrusi Batuan Beku.













Gambar 7.6. Intrusi Batuan Beku



Gambar 7.7. BatuLanau di Sekitar Sungai

Gambar 7.8 BatuBara yang Ditemukan di Sekitar Sungai

Lokasi Ketiga
Lokasi ketiga, sangat dekat dengan lokasi kedua, dan juga masih terkena aliran sungai yang sama. Di lokasi tersebut terdapat batu gamping sempat terjadi ketidakselarasan di lokasi tersebut yaitu sesar atau patahan. Untuk mengetahui semen pada batuan tersebut mengandung karbonat atau tidak dengan diteteskannya HCl (0,1n) kemudian apakah reaksinya berbuih atau tidak, jika berbuih kanduan karbonat ada pada batuan tersebut. Begitupun sebaliknya.

















Gambar 7.9. Batu Breksi

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kuliah lapangan di kulon progo yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa di lokasi pertama ditemukan ketidakselarasan oleh batuan beku basa ekstrusif yang disebut batuan basalt dengan tekstur hlus dan menembus permukaan.
Di lokasi kedua ditemukan lapisan batu serpih atau lanau (Sedimen), dengan struktur bersusun. Batu tersebut sangat cocok untuk menjadi source rock dilihat dari struktur dan jenis batuannya. Di lokasi ini juga ditemukan liknit (batu bara yang tergolong muda)
Sedangkan di lokasi ketiga ditemukan batugamping yang telah mengalami ketidakselarasan, sehingga terbentuklah sesar atau patahan. Untuk mengetahui kandungan karbonat pada semen batuan dapat diteteskan HCl (0,1n). Jika berbuih kanduan karbonat ada pada batuan tersebut.
BAB VIII
PEMBAHASAN UMUM

BAB I PEMBAHASAN
Seperti telah diketahui didalam materi kuliah telah dikemukakan bahwa ada dua (2) faktor utama pembentukan bumi :
Gaya Endogen, merupakan gaya yang datang dari dalam bumi yang umumnya bersifat membangun atau membentuk roman muka bumi, banyak dikontrol oleh struktur geologi atau deformasi bumi.
Gaya Eksogen, merupakan gaya yang berasal dari luar yang bersifat merubah, seperti pelapukan, erosi dan denudasi.
Didalam ilmu geologi, gaya endogen dan eksogen termasuk didalam apa yang disebut DAUR GEOLOGI atau SIKLUS GEOLOGI, yaitu :
Orogenesa (pembentukan pegunungan)
Glyptogenesa (penghancuran relief)
Lithogenesa (proses pengendapan batuan dalam cekungan pengendapan)
Bagian – bagian dari Bumi secara garis besar dapat diterangkan sebagai berikut :
UPPER MANTLE (0 – 670 km)
Terdiri dari :
Kerak Bumi atau Crust (0 – 80 km), terdiri dari
Batuan Sedimen, Beku, dan Metamorf
Lempeng Benua (ketebalan ± 15 km)
Lempeng Samudera (ketebalan ± 20 km)
Mantel Lithosfer (80 – 200 km)
Astenosfer atau Lithosfer bagian bawah

LOWER MANTLE (670 – 2900 km)
Batuan Ultra Basa dengan mineral – mineral olivine, spinel, silikat, besi, dan magnesium.
CORE atau INTI BUMI (2900 – 6370 km)
Terdiri dari 2 (dua) lapisan, yaitu :
Outter Core
Berupa cairan, kondisi plastis sampai kedalaman 5200 km.
Inner Core
Berupa padatan dengan kedalaman sampai 6370 km. Inti bumi terdiri dari metal besi (Fe) dan nikel (Ni) dan Cobalt (Co), BJ antara 5 – 13.

BAB II PETROLOGI
Pemerian atau deskripsi batuan beku, metamorf dan sedimen dapat dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis. Namun, kali ini penulis melakukannya secara megaskopis.
PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN BEKU
WARNA
Warna batuan beku yang penulis amati adalah hitam. Jadi, batuan beku tersebut termasuk ke dalam batuan beku basa.
STRUKTUR
Struktur batuan yang penulis amati adalah Skoria, karena secara megaskopis batuan tersebut memiliki arah lubang-lubang yang tidak teratur.
TEKSTUR
Pengamatan tekstur meliputi :
DERAJAT KRISTALISASI
Kristalinitas batuan beku yang penulis amati adalah Holohyalin, karena batuan tersebut terdiri dari massa gelas seluruhnya.
GRANULARITAS
Granularitas batuan beku yang penulis amati adalah Afanitik, karena secara megaskopis, penulis tidak dapat melihat dengan jelas kristal yang terdapat pada batuan tersebut.
BENTUK KRISTAL
Bentuk kristal batuan beku yang penulis amati yaitu tidak dapat teramati secara megaskopis.
HUBUNGAN ANTAR BUTIR (RELASI)
Relasi batuan beku yang penulis amati yaitu tidak dapat teramati secara megaskopis akibat kristalnya sulit dilihat dengan mata telanjang.

KOMPOSISI MINERAL
Komposisi Mineral dari batuan beku yang penulis amati merupakan Mineral Mafik (kristal mineral berwarna gelap). Namun, penulis tidak dapat menentukan mineral apa yang terdapat dalam batuan tersebut secara megaskopis.

GENESA
Genesa dari batuan beku basa yang penulis amati yaitu batuan ini terbentuk secara Extrusif atau terbentuk dari magma yang membeku di permukaan bumi dengan sangat cepat sehingga akan terbentuk gelas dominan dibanding kristal.

Berdasakan seluruh pendeskripsian batuan beku yang penulis amati, batuan beku tersebut dalam batuan beku basa yang bernama “BATUAN OBSIDIAN”.
Lihat Tabel 1.1

PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN METAMORF
JENIS BATUAN
Jenis batuan metamorf yang penulis amati, yaitu Batuan Metamorf Foliasi yang dapat memperlihatkan kesan perlapisan yang terorientasi sejajar.
WARNA
Warna dari batuan metamorf foliasi yang kita amati yaitu abu – abu gelap.
STRUKTUR
Struktur batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu Geneisic, disebabkan perulangan penjajaran kristal mineral granular, ketebalan perlapisan antar 1 mm (Lihat Gambar 1.8).
TEKSTUR
Dibedakan menjadi 2, yaitu:
Tekstur batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu termasuk Kristaloblastik dalam jenis Granoblastik, karena terlihat dalam batuan tersebut butiran mineral berorientasi.

KOMPOSISI MINERAL
Komposisi Mineral batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu termasuk dalam Mineral Stress, karena mineral dari batuan ini berupa mika (berbentuk pipih). Namun, juga terdapat Mineral Anti Stress berupa kuarsa dan lain – lain.

GENESA
Genesa dari batuan metamorf foliasi yang penulis amati yaitu batuan metamorf yang berasal dari batuan sedimen yang terjadi dalam temperatur dan tekanan yang tinggi.
Berdasarkan seluruh pendeskripsian batuan metamorf yang penulis amati, batuan metamorf tersebut termasuk dalam “BATUAN METAMORF GENEIS” (Lihat Tabel 1.2).

PEMERIAN/DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN
Berdasarkan penelitian secara megaskopis  pada setangan batuan sedimen yang penulis lakukan, penulis dapat mendeskirpsikan batuan sedimen sebagai berikut:
WARNA
Warna batuan sedimen pertama yang penulis amati adalah warna putih kuning kecoklatan. Sedangkan warna batuan sedimen kedua berwarna abu – abu gelap.
JENIS BATUAN
Jenis kedua batuan sedimen yang penulis amati adalah batuan sedimen klastik, karena kedua batuan tersebut berbentuk butiran/detritus.
SEDIMEN KLASTIK
STRUKTUR
Struktur kedua batuan sedimen yang penulis amati tidak dapat diketahui, karena struktur pada batuan sedimen hanya dapat diamati secara langsung di lapangan.
TEKSTUR
Pengamatan terdiri dari :
Ukuran butir
Menggunakan skala Wenworth sebagai pedoman pendeskripsian (Lihat tabel 1.3).
Ukuran butir batuan sedimen yang pertama penulis amati adalah berukuran pasir halus (fine sand). Sedangkan batuan sedimen kedua yang penulis amati memiliki ukuran butir lebih besar yaitu berukuran pasir sedang (medium sand).
Derajat pemilahan
Adapun derajat pemilahan sedimen pertama yang penulis amati adalah pemilahan sedang (moderately sorted), karena tingkat keseragaman butir pembentukan batuannya lumayan seragam. Sedangkan derajat pemilahan batuan sedimen yang kedua tergolong kepada pemilahan buruk (poorly sorted). Karena butir pembentukan batuannya sangat tidak seragam.
Bentuk butir
Bentuk butir batuan sedimen pertama adalah tanggung sampai membulat. Sementara, bentuk butir batuan sedimen kedua yang penulis amati adalah menyudut tanggung (sub angular).
Porositas
Porositas  batuan sedimen pertama adalah porositas sedang. Berarti batuan sedimen tersebut cukup mampu menyerap dan menyimpan cairan dalam pori – porinya. Sedangkan batuan sedimen  kedua memiliki porositas yang baik. Artinya batuan sedimen tesebut sangat mampu menyerap dan menyimpan cairan dalam  pori – porinya.
Kemas
Kemas dari kedua batuan sedimen yang penulis amati adalah kemas terbuka.
Kompaksi
Kompaksi dari kedua batuan sedimen yang telah penulis amati adalah getas / bricle.
Permeabilitas
Permeabilitas kedua batuan sedimen yang penulis amati tidak dapat diketahui karena tidak dapat diamati secara megaskopis.

KOMPOSISI MINERAL
Komposisi mineral dari kedua batuan sedimen yang penulis amati adalah sama, yaitu :
Fragmennya berupa batu gamping.
Matriknya berupa ukuran pecahan batu gamping.
Semennya berupa karbonat.
GANESA
Kedua batuan sedimen yang penulis amati terbentuk dari batuan non – klastik yang mengalami pelapukan, mengendap, dan bercampur dengan pasir.
Dari pendeskripsian dua contoh setangan batuan sedimen yang penulis lakukan, dapat diketahui nama batuan sedimen yang penulis amati adalah:
Batuan gamping klastik berukuran pasir (calcanerite).
Batuan gamping klastik berukuran pasir sedang (calcanerite) lapuk.
Lihat Tabel 1.4
SEDIMEN NON – KLASTIK
Struktur
Pada batuan sedimen non klastik adalah organik, kimiawi, dan monomineralik.
Tekstur
Tekstur terdiri dari : kristalin, amorf, gelas, dan fibrous.
BAB III PETA TOPOGRAFI
Pada peta topografi ini menggunakan interval kontur kelipatan 25. Dan hulu berada diatas peta yaitu garis sungai yang tidak bercabang. Jika garis kontur melewati atau memotong maka garis kontur itu akan dibuat belokan yang arahnya ke arah hulu sungai supaya pembaca mengetahui dan memahami bahwa yang dilewati adalah sungai, danau, dan lain sebagainya. Di peta juga ditemukan ketinggian yang berada diantara ketinggian 410 dan ketinggian 465 yaitu ketinggian 480 yang dianggap sebagai suatu daratan tinggi atau gunung.
Kemudian dibuatlah penampang dari garis kontur yang sudah dibuat di peta topografi dan menghasilkan suatu lereng. Lereng didalam peta topografi ini menunjukkan bahwa didalam peta topografi, semakin menuju ke hulu maka semakin tinggi dan curam lereng yang terbentuk. Gunung atau dataran tinggi ditunjukkan dengan angka yang lebih besar diantara bilangan angka yang lebih kecil atau dengan pewarnaan yang lebih terang dari pewarnaan lembah yang diwarnai dengan warna lebih gelap.

BAB IV STRATIGRAFI
Berdasarkan gambar pada praktikum yang dilakukan, ada beberapa batuan yang mengalami keselarasan (conformity) yaitu mulai batulempung, batupasir, napal, dan breksi karena antar batuan sedimen tersebut berlapis menerus tidak mengalami gangguan. Namun, pada lapisan batugamping mengalami disconformity, hal tersebut terjadi karena ada kegiatan tektonik sehingga mengakibatkan kekosongan ditengah batugamping yang terisi konglomerat.
Dari segi umur batuan, jika di urut dari umur batuan paling tua yaitu: batulempung, batupasir, napal, breksi, batugranit (sebagai batu instrusi yang menerobos), batugamping, dan batulempung muda sebagai batuan penutup.
Dari pewarnaan batuannya, batulempung yang berada di lapisan terbawah berwarna hijau tua, kemudian batu pasir berwarna kuning, napal berwarna hijau muda, batu breksi berwarna orange, batugamping berwarna biru muda sedangkan batuan yang  menginstrusinya berwarna jingga. Batu lempung di lapisan teratas merupakan batulempung yang umurnya muda sehingga berwarna hijau tua yang lebih muda dari batulempung yang berada di lapisan terbawah. Batuan beku berwarna merah.

BAB V GEOLOGI STRUKTUR
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, dapat dijelaskan bahwa pada gambar A terdapat 3 lapisan yaitu lapisan a,b, dan c. Pada gambar penulis, a berwarna kuning, b berwarna hijau dan c berwarna merah. Gambar tersebut ada dalam keadaan Antiklin.
Pada gambar B, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar tersebut terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Dan bagian belakangnya naik. Sedangkan pada gambar C dapat dijelaskan bahwa dari pengangkatan tersebut terjadi erosi sehingga bagian belakang dari lapisan – lapisan tersebut hilang, dan menjadi gambar C. Saat erosi itu terjadi, lapisan C hilang sehingga hanya tertinggal lapisan a dan b (Lihat gambar 1.24).
Setelah itu, penulis membuat gambar dua dimensi dari gambar C. Gambar dua dimensi tersebut digambar di kolom D.
Gambar – gambar selanjutnya berada keadaan sinklin. Penulis menentukan lapisan a berwarna kuning, lapisan b berwarna hijau dan lapisan c berwarna merah. Gambar E berada dalam keadaan normal dan pada gambar F, terjadilah pengangkatan sehingga pada gambar tersebut terbagi menjadi bagian depan dan belakang. Bagian belakangnya naik. Sedangkan pada gambar G, dari pengangkatan itu terjadilah erosi sehingga bagian belakang  hilang dan menjadi gambar G. Saat erosi itu terjadi, lapisan hilang dan hanya tertinggal lapisan b dan c. (Lihat gambar 1.25).




BAB VI PETA GEOLOGI
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, ternyata di dalam pembuatan struktur geologi, terlebih dahulu penulis membuat penampang terlebih dahulu berdasarkan garis cross section pada gambar yang disediakan. Kedua, membuat sesar naik dengan kemiringan 50o dan sesar turun. Lalu, perhatikan batas antar batuan dari garis cross section dan tarik lurus ke bawah dengan memberikan garis putus – putus serta menandai pada garis penampang yang lurus dengan angka garis kontur.
Kemudian pada gambar peta topografi yang terdapat pembatas antar batuannya, diluruskan ujung terakhir pembatas batuannya menggunakan penggaris dan memberi tanda pada garis penampang. Setelah diberi tanda, ditariklah garis pembatas antar batuan pada struktur geologi yang akan dibuat. Saat bertemu dengan sesar naik, maka terjadilah pergeseran naik pada lapisan – lapisan batuan, sedangkan saat bertemu dengan sesar turun, maka terjadilah pergeseran menurun pada lapisan – lapisan batuan itu.
Setelah itu, menggambar lambang batuan berdasarkan garis pembatas yang sudah digambarkan.









BAB IX
KESIMPULAN UMUM
Didalam industri perminyakan, pekerjaan geologi di mulai sebagai ujung tombak didalam usaha – usaha pencarian dan pendataan akumulasi minyak dan gas bumi atau di sebut sebagai perencanaan dan kegiatan Eksplorasi awal. Disamping itu juga bertanggung jawab didalam pengembangan eksplorasi sumur – sumur baru atau ‘eksplorasi development well’.
Geologi Fisik seperti telah diketahui dari kuliah – kuliah yang telah diberikan merupakan cabang ilmu geologi yang membahas atau mempelajari tentang bumi yang menyangkut bahan – bahan pembentuk bumi serta produk – produk yang dihasilkannya termasuk didalamnya adalah makhluk – makhluk yang pernah hidup didalamnya.
Praktikum geologi fisik disini akan meliputi : Dasar pengklasifikasian dan Deskripsi batuan secara megaskopis yang termasuk dalam Ilmu Petrologi, Prinsip – prinsip dasar pembuatan dan pembacaan Peta Topografi, Pembuatan Penampang Stratigrafi dan Dasar – dasar interpretasi sejarah geologi dan umur lapisan – lapisan batuan sedimen secara kesuluruhan.
BAB II PETROLOGI
Berdasarkan praktikum yang penulis lakukan, penulis dapat mendeskripsikan batuan beku, batuan metamorf, dan batuan sedimen.
Pada pemerian batuan beku yang penulis amati yaitu batuan obsidian warna hitam termasuk Batuan Beku Basa. Dilihat dari strukturnya, batuan obsidian termasuk dalam skoria. Tekstur massa gelas seluruhnya. Granularitasnya termasuk Afanitik. Sehingga mendeskripsikan bentuk kristal dan relasi sulit dilakukan. Komposisi mineral berupa mineral mafik. Batuan obsidian terbentuk secara extrusif dengan sangat cepat sehingga terbentuk gelas yang lebih dominan dibanding kristal.
Pada pemerian batuan metamorf yang penulis amati yaitu batuan metamorf foliasi berupa batuan geneis warna abu -abu gelap berstruktur Geneisic. Teksturnya termasuk Kristaloblastik yaitu Granoblastik. Komposisi mineral termasuk mineral stress berupa mika. Batuan Geneis berasal dari batuan sedimen yang terjadidalam temperatur dan tekanan tinggi.
Pada pemerian batuan sedimen pertama yang penulis amati yaitu “batugamping klastik berukuran pasir (calcanerite)” berwarna putih kuning kecoklatan. Batu ini termasuk jenis batuan sedimen klastik. Dilihat dari strukturnya, ukuran butirnya berukuran fine sand, berbentuk membulat tanggung sampai membulat. Derajat pemilahannya adalah moderately sorted, berporositas sedang. Batu ini berkemas terbuka dan kompaksinya berupa getas/bricle. Permeabilitasnya tidak dapat diamati secara megaskopis. Komposisi mineralnya yaitu fragmen berupa batugamping. Matrik berupa ukuran pecahan batugamping dan semen berupa karbonat. Batu tersebut terbentuk dari batuan non-klastik yang mengalami pelapukan, mengendap dan bercampur dengan pasir.
Sedangkan batuan sedimen kedua yang penulis amati yaitu “batugamping klastik beruikuran pasir (calcanerite) lapuk” berwarna abu-abu gelap. Jenis, struktur, permeabilitas, kemas, kompaksi, komposisi mineral dan genesa batuannya sama dengan batuan sedimen pertama. Sementara ukuran butir batu ini berukuran medium sand dengan bentuk butir menyudut tanggung. Derajat pemilahannya termasuk poorly sorted. Porositasnya cukup baik.
Jadi, dalam pengamatan secara megaskopis dapat dideskripsikan sifat dan ciri batuan melalui beberapa unsur yang dapat digunakan sebagai pembeda dengan batuan – batuan lain.

BAB III PETA TOPOGRAFI
Berdasarkan praktikum yang telah penulis lakukan, penulis dapat menambah pengetahuan tentang pembuatan dan bagaimana cara membaca peta topografi sehingga penulis mempunyai pengetahuan tentang bagaimana proses pembentukan peta topografi sekaligus membuat dan membaca profil penampang secara vertikal. Penulis juga dapat berlatih menggambar relief dengan garis kontur. Dalam peta topografi ini, penulis dapat menyimpulkan adanya relief didalam peta topografi yang dibuat. Di dalamnya terdapat lereng dan gunung atau dataran tinggi, di dalam peta topografi ini ditunjukkan dengan angka 480 yang dikelilingi oleh angka 410 dan angka 465 yang  disimbolkan sebagai ketinggian menyimpulkan bahwa di  ketinggian 480 di anggap sebagai dataran tinggi atau gunung sedangkan untuk ketinggian 410 dan ketinggian 465 merupakan lereng atau dataran rendah. Setelah kita dapat membuat garis kontur kita juga membuat penampang dari garis kontur yang sudah terbentuk. Hal ini dilakukan untuk dapat membaca profil penampang vertikal dengan baik.

BAB IV STRATIGRAFI
Setelah menyelesaikan praktikum stratigrafi, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada gambar yang diberikan oleh asisten ternyata ada selaras atau conformity yaitu : batulempung, batupasir, batunapal, dan batubreksi. Hal tersebut terjadi karena antar batuan sedimen tersebut berlapis menerus. Selain itu, juga terdapat batugamping yang tersusun secara tidak selaras atau unconformity disebabkan adanya kegiatan tektonik sehingga terjadi kekosongan di tengah batugamping. Lain halnya dengan batuan beku yang menerobos batu lempung, batupasir, napal dan breksi sehingga terjadi nonconformity karena umur batuan beku tersebut lebih muda.
Umur batuan tersebut dari yang paling tua yaitu : batulempung, batupasir, batunapal, batubreksi, batugranit(yang menerobos), batugamping, dan batulempung muda sebagai  batuan penutup.
BAB V GEOLOGI STRUKTUR
Setelah menyelesaikan praktikum geologi dasar, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada lipatan antiklin yang tersesarkan, gambar B adalah sesar naik karena bagian belakang lapisan – lapisan tersebut naik dilanjutkan pada gambar C, bagian yang naik tersebut mengalami erosi. Sehingga akhirnya pada kotak D, menggambarkan gambaran dua dimensi dari gambar C.
Sedangkan pada lipatan sinklin yang tersesarkan, gambar F berupa sesar naik karena bagian belakang lapisan – lapisan tersebut naik dan pada gambar G, bagian yang naik tersebut mengalami erosi. Sehingga akhirnya pada kotak H, menggambarkan gambaran dua dimensi dari gambar G.
BAB VI PETA GEOLOGI
Setelah melaksanakan praktikum struktur geologi, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam membuat peta morfologi, harus memerhatikan hal – hal tertentu. Yaitu, harus membuat penampang terlebih dahulu, setelah menyatukan garis penampangnya, menentukan sudut sesar. Untuk sesar naik kemiringannya 50o dan sesudah itu membuat sesar turun. Selanjutnya, meluruskan ujung garis pembatas antar batuan pada peta topografi dengan garis penamapang dan dilanjutkan dengan penarikan garis pembatas antar batuan pada peta geologi yang akan dibuat. Saat garis bertemu dengan sesar naik,akan terjadi pergeseran naik dan juga sebaliknya. Akhirnya, menggambar lambang batuan – batuan berdasarkan garis pembatas lapisan batuannya.








DAFTAR PUSTAKA

Modul “Buku Petunjuk Praktikum Geologi Fisik” Laboratorium Geologi Fisik Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Proklamasi 45, Yogyakarta 2013.




















LAMPIRAN










LAMPIRAN (KELOMPOK 3)
Batuan Beku ( Obsidian )

Batuan Beku ( intermediet )




Batuan Beku ( Basa )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar