Minggu, 15 November 2015

konsep Mencari Tuhan

Konsep Ketuhanan Menurut islam


A. Pengantar

Topik ini berisi pembahasan tentang masalah keimanan dan pengkajian kembali dalam masalah tersebut. Sebagian aspek keimanan mendapat perhatian dan pengkajian yang begitu intensif, sehingga mudah didapat di tengah masyarakat. Aspek yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan harus diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan.
Sesungguhnya amalan lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai keutamaan tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan tertuang dalam setiap gerak serta perilaku keseharian.
Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar pikir dan akal budi mereka”, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam.
Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi akidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus.
Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tercermin dalam aturan muamalat dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi. Selain itu Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan.

B. Siapakah Tuhan itu?

Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam surat  al-Furqan ayat 43.
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya ?
Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:
Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku’.
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun)Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti tentang definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.

C. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan

1.    Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock, dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:
a.     Dinamisme
             Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun manatidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
b.    Animisme
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam  hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
                c.    Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.
d.    Henoteisme
       Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional).
               e.    Monoteisme
       Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.
Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.
       Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan. (Zaglul Yusuf, 1993: 26-37).

2.    Pemikiran Umat Islam
      Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan. Satu kelompok berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa Tuhan mempunyai kekuatan mutlah yang menjadi penentu segalanya. Di lain pihak ada yang berpegang pada doktrin Qodariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa manusialah yang menentukan nasibnya. Polemik dalam masalah ketuhanan di kalangan umat Islam pernah menimbulkan suatu dis-integrasi (perpecahan) umat Islam, yang cukup menyedihkan. Peristiwa al-mihnah yaitu pembantaian terhadap para tokoh Jabariah oleh penguasa Qadariah pada zaman khalifah al-Makmun (Dinasti Abbasiah). Munculnya faham Jabariah dan Qadariah berkaitan erat dengan masalah politik umat Islam setelah Rasulullah Muhammad meninggal. Sebagai kepala pemerintahaan, Abu Bakar Siddiq secara aklamasi formal diangkat sebagai pelanjut Rasulullah. Berikutnya digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan Ali.
Embrio ketegangan politik  sebenarnya sudah ada sejak khalifah Abu Bakar, yaitu persaingan segitiga antara sekompok orang Anshar (pribumi Madinah), sekelompok orang Muhajirin yang fanatik dengan garis keturunan Abdul Muthalib (fanatisme Ali), dan kelompok mayoritas yang mendukung kepemimpinan Abu Bakar. Pada periode kepemimpinan Abu Bakar dan Umar gejolak politik tidak muncul, karena sikap khalifah yang tegas, sehingga kelompok oposisi tidak diberikan kesempatan melakukan gerakannya.
Ketika khalifah dipegang oleh Usman Ibn Affan (khalifa ke 3), ketegangan politik menjadi terbuka. Sistem nepotisme yang diterapkan oleh penguasa (wazir) pada masa khalifah Usman menjadi penyebab adanya reaksi negatif dari kalangan warga Abdul Muthalib. Akibatnya terjadi ketegangan,yang menyebabkan Usman sebagai khalifah terbunuh. Ketegangan semakin bergejolak pada khalifah berikutnya, yaitu Ali Ibn Abi Thalib.  Dendam yang dikumandangkan dalam bentuk slogan bahwa darah harus dibalas dengan  darah, menjadi motto bagi kalangan oposisi di bawah kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan. Pertempuran antara dua kubu tidak terhindarkan. Untuk menghindari perpecahan, antara dua kubu yang berselisih mengadakan perjanjian damai. Nampaknya bagi kelompok Muawiyah, perjanjian damai hanyalah merupakan strategi untuk memenangkan pertempuran. Amru bin Ash sebagai diplomat Muawiyah mengungkapkan penilaian sepihak. Pihak Ali yang paling bersalah, sementara pihaknya tidak bersalah. Akibat perjanjian itu pihak Ali (sebagai penguasa resmi) tersudut. Setelah dirasakan oleh pihak Ali bahwa perjanjian itu merugikan pihaknya, di kalangan pendukung Ali terbelah menjadi dua kelompok, yaitu : kelompok yang tetap setia kepada Ali, dan kelompok yang menyatakan keluar, namun tidak mau bergabung dengan Muawiyah. Kelompok pertama disebut dengan kelompok SYIAH, dan kelompok kedua disebut dengan KHAWARIJ. Dengan demikian umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok politik, yaitu: 1) Kelompok Muawiyah (Sunni), 2) Kelompok Syi’ah, dan 3) Kelompok Khawarij.
Untuk memenangkan kelompok dalam menghadapi oposisinya, mereka tidak segan-segan menggunakan konsep asasi. Kelompok yang satu sampai mengkafirkan kelompok lainnya. Menurut Khawarij  semua pihak yang terlibat perjanjian damai baik pihak Muawiyah maupun pihak Ali dinyatakan kafir. Pihak Muawiyah dikatakan kafir karena menentang pemerintah, sedangkan pihak Ali dikatakan kafir karena tidak bersikap tegas terhadap para pemberontak, berarti tidak menetapkan hukum berdasarkan ketentuan Allah. Mereka mengkafirkan Ali dan para pendukungknya, berdasarkan Al-Quran Surat Al-Maidah (5) : 44

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Siapa yang tidak menegakkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-Quran), maka mereka dalah orang-orang kafir.

Munculnya doktrin saling mengkafirkan antara satu kelompok dengan kelompok lain membuat pertanyaan besar bagi kalangan cendikiawan. Pada suatu mimbar akademik (pengajian) muncul pertanyaan dari peserta pengajian kepada gurunya yaitu Hasan Al-Bashry. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan adanya perbedaan pendapat tentang orang  yang berbuat dosa besar. Sebagian pendapat mengatakan bahwa mereka itu adalah mukmin, sedangkan pendapat lain mengatakan kafir. Para pelaku politik yang terlibat tahkim perjanjian antara pihak Ali dan pihak Muawiyah, mereka dinilai sebagai pelaku dosa besar. Alasan yang mengatakan mereka itu mukmin beralasan bahwa iman itu letaknya di hati, sedangkan orang lain tidak ada yang mengetahui hati seseorang kecuali Allah. Sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa iman itu bukan hanya di hati melainkan berwujud dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Berarti orang yang melakukan dosa besar dia adalah bukan mukmin. Kalau mereka bukan mukmin berarti mereka kafir.
Sebelum guru besarnya memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang dimajukan tentang dosa besar tersebut, seorang peserta pengajian yang bernama Wasil ibnu Atha mengajukan jawaban, bahwa pelaku dosa besar bukan mukmin dan bukan kafir melainkan diantara keduanya. Hasan Al-Bashry sebagai pembina pengajian tersebut memeberikan komentar, terhadap jawaban Wasil. Komentarnya bahwa pelaku dosa besar termasuk yang terlibat dalam perjanjian damai termasuk kelompok fasik. Wasil membantah komentar gurunya itu, karena orang yang fasik lebih hina dimata Allah ketimbang orang yang kafir. Akibat polemik tersebut Wasil bersama beberapa orang  yang sependapat dengannya memisahkan diri dari kelompok pengajian Hasal Al-Bashry. Peserta pengajian yang tetap bergabung bersama Hasan Al-Bashry mengatakan, “I’tazala Wasil ‘anna.” (Wasil telah memisahkan diri dari kelompok kita.) Dari kata-kata inilah Wasil dan pendukungnya disebut kelompok MUKTAZILAH. (Lebih jelasnya lihat Harun Nasution dalam Teologi Islam).
Kelompok Muktazilah mengajukan konsep-konsep yang bertentangan dengan konsep yang diajukan golongan Murjiah (aliran teologi yang diakui oleh penguasa politik pada waktu itu, yaitu Sunni. Berarti Muktazilah sebagai kelompok penentang arus). Doktrin Muktazilah terkenal dengan lima azas (ushul al-khamsah) yaitu:
  1. meniadakan (menafikan) sifat-sifat Tuhan dan menetapkan zat-Nya
  2. Janji dan ancaman Tuhan (al-wa’ad dan al-wa’id)
  3. Keadilan Tuhan (al-‘adalah)
  4. Al-Manzilah baina al-manzilatain (posisi diatara dua posisi)
  5. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.

Dari lima azas tersebut – menurut Muktazilah – Tuhan terikat dengan kewajiban-kewajiban. Tuhan wajib memenuhi janjinya. Ia berkewajiban memasukkan orang yang baik ke surga dan wajib memasukkan orang yang jahat ke neraka, dan kewajiban-kewajiban lain. Pandangan-pandangan kelompok ini menempatkan akal manusia dalam posisi yang kuat. Sebab itu kelompok ini dimasukkan ke dalam kelompok teologi rasional dengan sebutan Qadariah.

Sebaliknya, aliran teologi tradisional (Jabariah) berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifat (sifat 20, sifat 13, dan maha sifat). Ia maha kuasa, memiliki kehendak mutlak. Kehendak Tuhan tidak terikat dengan apapun. Karena itu ia mungkin saja menempatkan orang yang baik ke dalam neraka dan sebaliknya mungkin pula ia menempatkan orang jahat ke dalam surga, kalau Ia menghendaki. Dari faham Jabariah inilah ilmu-ilmu kebatinan berkembang di sebagaian umat Islam.

3. Konsep Ketuhanan dalam Islam
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ
 Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَوَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.
Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.

Kepustakaan
1.     Abdurrahim, Muhammad, Imaduddin, Kuliah Tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari Insan, 1989), h. 16-21, 54-56.
2.   Al-Ghazali, Muhammad Selalu Melibatkan Allah, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 28-39.
3.     Jusuf, Zaghlul, Dr, SH., Studi Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1993), h. 26-37.
4.     Kadir, Muhammad Mahmud Abdul, Dr. Biologi Iman, (Jakarta: al-Hidayah, 1981), h. 9-11.
5.    Khan, Waheduddin, Islam Menjawab Tantangan Zaman, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1983), h. 39-101.
6.     Suryana, Toto, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Tiga Mutiara, 1996), h. 67-77.
7.        Daradjat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 55-152.

Kamis, 05 November 2015

About sektor hulu migas di pulau pagerungan

KEISTIMEWAAN PULAU PAGERUNGAN BESAR



Berkah Gas Belum Menetes

SumenepPertengahan Januari lalu Pulau Pagerungan Besar mendadak menjadi terkenal.Hal itu menyusul unjuk rasa ribuan warga yang berujung pada pendudukan basecamp produksi PT Energy Mega Persada (EMP) Kangean Ltd. Dampak daripendudukan itu produksi gas diliburkan selama tiga hari karena karyawannyamengungsi. Berikut liputannya.Pulau Pagerungan Besar sekilas tidak memperlihatkan keistimewaannya. Pulauitu tidak jauh berbeda dengan beberapa pulau yang ada di sekitarnya. Deretanpohon kelapa yang diselingi pohon-pohon pisang tampak mendominasi jenistanaman di pulau yang memiliki jumlah penduduk sekitar 4.500 jiwa itu.Pulau Pagerungan Besar berada di antara gugusan Kepulauan Kangean, KabupatenSumenep. Pulau ini tidak termasuk dalam daftar tujuan wisata sebagaimanaPulau Madura yang terletak di bagian bagian baratnya. Meski secaraadministratif pulau ini masuk Kabupaten Sumenep, namun letak geografis PulauPagerungan Besar justru lebih dekat dengan Pulau Bali yang berjarak hanya 60mil. Dari catatan sejarah, Pulau Pagerungan baru dikenal dan dihuni penduduksejak awal 1910-an.Namun kini Pulau Pagerungan telah terukir dalam sejarah perminyakan diIndonesia sebagai daerah penghasil gas alam. Hingga kini telah banyakperusahaan migas baik dalam maupun luar negeri melakukan eksplorasi dikawasan pulau itu.Bahkan beberapa blok telah selesai dilakukan drilling atau pengeboran.Perusahaan yang telah mengeruk hasil bumi Pulau Pagerungan Besar yakniArbani (Arco Bali North Indonesia), Medco, Amoco, Beyond Petrolium (BP)serta PT Energy Mega Persada (EMP) Kangean Ltd.Arco mulai melakukan pengeboran tahun 1982, pertamakali di Blok Terang 1,Blok Sakala 1, Blok Igangan 1. Pada 1985 Arco melanjutkan pengeboran di BlokPagerungan 1, 2, 3, 4, dan 5. Pada bulan Februari 1988, Arco melanjutkanpengeboran di Blok Kangean dan di tempat itu ditemukan cadangan gas.Secara berkelanjutan, pada 1993, Arco menemukan cadangan gas di Blok KangeanBarat 2 dan 3. Disusul kemudian cadangan gas baru di Blok Sirasun 1, BlokApprasial atau Sirasun 2. Kemudian pada 2005 perusahaan yang telah bergantiposisi ke EMP Kangean Ltd dalam uji seismik 3 dimensi di daerah Blok Terang- Sirasun dan Batur telah ditemukan kandungan gas.Dalam perjalanan sejarahnya, pengelolaan perusahaan gas di Pagerungan Besartelah berkali-kali ganti posisi. Semula Blok Kangean dikelola oleh Arco BaliNorth Indonesia pada 1980. Kedian 1982 perusahaan ini melepas 40 persensahamnya pada Beyond Petrolium (BP) dan pada 1998 telah diambil alihpengolahannya oleh BP.Pada tahun yang sama BP membuka kerjasama dengan Amoco Ltd, yang kemudianmelebur menjadi BP - Amoco. Pada tahun 2000 BP - Amoco telah bergabungdengan Arco Ltd. Sehingga pada tahun itu perusahaan migas yang terletak diPulau Pagerungan telah berganti nama menjadi BP Kangean Ltd.Pada tahun 2004, tepatnya di bulan Agustus BP Kangean Ltd menjualperusahaannya kepada Energy Mega Persada (EMP) Kangean Limited. Berdasarkankontrak sebelumnya semasa dipegang Arco kegiatan itu akan berakhir 2010.Namun pasca pembelian PT EMP Kangean Ltd, kontrak diperpanjang hingga 2030.Dalam catatan Surya, Pulau Pagerungan Besar memproduksi gas alam awalnyasebesar 175 MSCF (million standard cubic feet) per hari yang disalurkanmelalui pipa bawah laut 28 inci sepanjang 450 KM menuju Porong (sebagai homebase). Dari home base ini kebutuhan gas alam dipasok untuk memenuhikebutuhan di Petrokimia, Perusahaan Gas Negara (PGN) dan PT PJB UnitPembangkit Listrik. Sedangkan nilai produksi total Indonesia share (bruto) $83.558.000 atau sekitar Rp 781.267.300.000 (tahun 2004).*Masyarakat Jadi Penonton*Melihat hasil produksi yang melimpah, selintas tergambar kemewahan yangdiraup Kabupaten Sumenep dari hasil produksi itu. Namun kenyataannya,masyarakat masih jauh dari kesan sebagai daerah penghasil miliaran dolar.Apalagi sebagian masyarakat masih terkungkung di bawah garis kemiskinan dansaranapeningkatan pembangunan masih tidak memadai. "Kondisi ini tak pernahdipikirkan perusahaan dan Pemkab Sumenep. Masyarakat dibiarkan menjadipenonton, walaupun tanah tumpah darahnya terus dikeruk," ujar Azis SalimSyabibie, Ketua LSM Kepulauan Bersatu.Menurutnya, kendati ada pembangunan gedung olahraga, sekolah dasar, masjid,penampungan air, rumah kepala sekolah, pabrik es, yang dipandang sebagaikompensasi kepada masyarakat. Kondisi itu dirasa kurang tepat, sebab programcomunnity development (condev) yang dikucurkan secara berkala sejak 2000hingga sekarang tidak pernah dinikmati masyarakat."Katanya nominalnya sudah mencapai Rp 23 miliar, namun yang telah dinikmatimasyarakat tidak lebih dari Rp 300 juta. Lalu kemana sisanya," tanya AzisSalim.Dikatakan, pembangunan beberapa gedung berasal dari kompensasi pembebasantanah rakyat tahun 1995 yang menyisakan uang sekitar Rp 1 miliar. Darikesepakatan masyarakat, pemkab dan pihak perusahaan, uang itu digunakanuntuk pembangunan sarana umum.Sementara Badrul Aini S.Sos, anggota dewan asal Pulau Sapeken, menilaituntutan masyarakat Pulau Pagerungan Besar masih wajar. "Aksi itu merupakanakumulasi dampak dari ketidakadilan pembangunan di Pulau Pagerungan Besar,"tandasnya.Terbukti sarana dan prasarana lingkungan lokasi eksplorasi masih sangatmemprihatinkan. Padahal lokasi penghasil sumber daya alam mestinyamendapatkan perlakukan lebih. "Sejak dulu, berapa bagi hasil migas yangdiberikan ke daerah serta comdev-nya masih remang-remang. Masyarakat pasrahdengan bantuan yang tidak jelas juntrungnya," tegas Badrul, anggota dewanasal PKS ini.Terkait tuntutan listrik gratis di Pulau Pagerungan Besar juga wajar. Karenalistrik yang ada sekarang masih sangat minim karena setiap hari adapemadaman akibat penggunaan listrik yang diberikan perusahaan sangatterbatas. "Perusahaan harus memperhatikan pembangunan infrastruktur sepertiperbaikan jalan desa," tambahnya.Badrul berharap tuntutan masyarakat ada penyelesaian supaya tidak menjadibom waktu yang bisa meledak lagi. Aparat keamanan tak perlu mencari kambinghitam atau provokator, karena tidak akan menyelesaikan masalah tapi akanmemuncul masalah baru.*Penggunaan Dana Comdev Transparan*Sementara Public Relation Manager EMP Kangean Ltd, Jalu Candroso, mengakukegiatan ramah lingkungan atau community development (comdev) telahtransparan sesuai rencana kegiatan yang dicetuskan dalam musyawarah rencanapembangunan desa (Musrenbangdes).Dikatakan Jalu Candroso, program comdev tak ada yang ditutupi supayaterselenggara dengan baik. Di antara program comdev ada yang sampaimelampaui batas rencana, tetapi ada yang belum tercapai sesuai target.Kegiatan comdev yang dilaksanakan di Kecamatan Sapeken, khususnya di DesaPagerungan Besar sudah terealisir 99 persen.Dari tahun 2005 - 2006 dana comdev yang dialokasikan sebesar Rp 2.1 miliarhampir seluruhnya terserap lewat enam bidang kegiatan. Di antaranya, programpendidikan, keagamaan, kesehatan, sosial ekonomi, olah raga dan lingkunganhidup.Porsi terbesar alokasi dana comdev pada sektor pendidikan yang mencapai 60persen per tahunnya. Salah satunya bantuan dana insentif guru honorer atauswasta sebanyak 181 guru untuk tiga desa. Beasiswa terbaik bagi siswa SMPyang melanjutkan ke SMA dan dari SMA ke perguruan tinggi. "Comdev jugamenfasilitasi peningkatan SDM guru pendidik kerjasama dengan instansiterkait," jelasnya.Dibidang keagamaan, dilakukan dengan mengirimkan beberapa dai asalPagerungan untuk dididik ke luar daerah. Sebaliknya, juga mendatangkan daidari luar ke Pagerungan sebagai bentuk upaya memberikan siraman rohani danpeningkatan ibadah keagamaan.Untuk sektor kesehatan, comdev memberikan bantuan kesehatan bagi masyarakatPagerungan Besar yang secara rutin dua kali dalam seminggu dokter perusahaanberkunjung ke puskesmas dan mengadakan penyuluhan kesehatan di empat pulauutamanya untuk pelajar dan masyarakat. "Juga ada sunatan massal gratis,sedikitnya 100 anak setiap tahun," tambahnya.Untuk lingkungan hidup, telah memberikan bantuan peningkatan sarana nelayanyangkontraktornya dilakukan tokoh masyarakat Sapeken, H Abidin. "Kalau tidaksalah dananya masing-masing sekitar Rp 10 jutaan," tambahnya.Ditanya tuntutan masyarakat tentang listrik gratis? Menurut Jalu, selama inilistrik yang dinikmati masyarakat juga sudah gratis. Perusahaan sudah cukupbanyak memberikan bantuan penerangan kepada masyarakat. "Dari 700 kVA yangdialirkan perusahaan sama seperti 200.000 watt PLN. Sedangkan harga 1 kWhsaja tiap tahunnya sekitar Rp 1 miliar. Lalu apa lagi," jelasnya.Terkait dana bagi hasil, Jalu mengaku pihaknya tak punya wewenang. Karenasemua sudah diatur dalam pasal 33 UUD 45 dan UU No 31 tahun 2002. "Kamihanya berharap semua ini dimengertioleh semua pihak. Mengingat keberadaan investasi di daerah telah banyakmemberikan andil dalam pembangunan di daerah," tandasnya.*Sudah Terrealisir*Ketua Tim Community Development (Comdev) PT EMP Kangean Ltd, Drs H MohDahlan MM, yang juga menjabat Wakil Bupati Sumenep mengatakan, semuakegiatan comdev sudah berjalan dengan baik. Bahkan semua kegiatan sertarincian dananya sudah transparan disampaikan kepada masyarakat. "Semuausulan masyarakat melalui kepala desanya sudah terlaksana. Jadi tidak adayang ditutup-tutupi seperti tuduhan orang-orang," ujarnya.Masing-masing kegiatan yang berada di enam sektor atau bidang itu sebagianbesar terlaksana. Kendati ada salah satu sektor yang belum semuanya memenuhitarget, tetapi sektor lain targetnya ada yang berlebih. "Sesuai hasilpengawasan kami semua telah terealisir dengan baik," tambahnya.Terkait tuntutan masyarakat, pihaknya telah melakukan pembicaraan denganperwakilan masyarakat serta mencapai kesepakatan kendati ada yang tidakmungkin terealisir. "Khusus untuk listrik masih akan kita bicarakan, danpeningkatan infrastruktur telah kami alokasikan di APBD mendatang," katanya.Dahlan juga menekankan kepada aparat kecamatan utamanya Camat Sapeken danKepala Desa Pagerungan Besar dan Pagerungan Kecil untuk lebih intensmelakukan pengawasan terhadap kegiatan comdev supaya tak ada gejolak lagi.*Dijamin Aman*Kapolres Sumenep AKBP Drs Budiono Sandi SH menegaskan, situasi di lokasiproduksi EMPKangean Ltd sudah aman terkendali. Aksi massa telah dibubarkan polisisetelah dilakukanpendekatan persuasif dan masyarakat mau berdialog yang difasilitasi aparatkeamanan.Untuk meredam aksi massa itu polisi mengerahkan 85 personel, terdiri 41personel dari Polres Sumenep, 13 personel Polsek Sapeken, 31 personel dariBrimob Polwil Madura. "Demi mencari penyelesaian yang baik, maka aparatmencoba menjembatani persoalan ini," ujarnya.Kapolres berharap kejadian itu tidak terulang kembali dan meminta masyarakatlebih mengedepankan dialog dengan pihak terkait serta tidak berbuat anarkis.Jika ada tindakan anarkis pihaknya akan bertindak tegas serta memprosessesuai hukum yang berlaku.Saat ini situasi di Pulau Pagerungan Besar sudah mulai kondusif dan kegiatanproduksi eksplorasi dan eksploitasi EMP Kangean Ltd berjalan sebagaimanabiasanya. Pasukan dari Polres Sumenep sebanyak 41 orang juga sudah ditarikke kesatuannya. "Sekarang pengamanan dialihkan ke Polsek Sapeken dan satupeleton dari Brimob Madura. Mereka akan ditarik jika situasinya sudah aman,"pungkasnya.

Empat perusahaan migas dipastikan melanjutkan eksplorasi di Kabupaten Sumenep.

Empat Perusahaan Migas Eksplorasi di Sumenep  

SENIN, 10 FEBRUARI 2014 | 13:41 WIB
Empat Perusahaan Migas Eksplorasi di Sumenep  
Rig Raissa TN - C414 di Ladang Gas Tunu Blok Mahakam di lepas pantai Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, (11/11). Tempo/Firman Hidayat
TEMPO.CO, Sumenep - Empat perusahaan migas dipastikan melanjutkan eksplorasi di Kabupaten Sumenep. Keempat perusahaan kontraktor kontrak kerja sama (K3S) yakni Husky-CNOOC Madura Limited (HCML), SPE Petrolium, PetroJava, dan Energi Mineral Langgeng (EML).

Kepala Kantor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kabupaten Sumenep, Abdul Kahir, mengatakan PT HCML positif melanjutkan eksplorasinya di perairan Pulau Raas, SPE Petrolium di Kecamatan Pragaan, PT EML di Kecamatan Saronggi, sementara Petro Java di Blok North Kangean. "Dua onshore dan dua lagi offshore," katanya, Senin, 10 Februari 2014.

Kahir mengingatkan empat perusahaan asing itu wajib terus berkomunikasi secara intensif dengan Pemerintah Kabupaten Sumenep serta menjalin kerja sama dengan BUMD milik Sumenep, salah satunya adalah PT Wira Usaha Sumekar (WUS). Sejauh ini baru PT Husky yang paling intensif melakukan komunikasi.

Husky, lanjut dia, bahkan memberi pelatihan kepada tenaga sumber daya manusia di PT WUS dan Kantor ESDM Sumenep dalam hal pengadaan barang dan jasa terkait dengan kegiatan eksplorasi migas. "Kerja sama ini dimaksudkan supaya Sumenep tidak hanya dieksploitasi saja kekayaan alamnya." Jika empat perusahaan itu mengeksploitasi, ada syarat lanjutan yang harus dipenuhi, yaitu memiliki kantor perwakilan di Sumenep dan bekerja sama dengan BUMD.


Sebelum empat perusahaan itu, sudah ada dua perusahaan migas lain yang melakukan eksploitasi migas di Sumenep, yaitu PT Santos dan PT Kangean Energi Indonesia (KEI). PT Santos, yang beroperasi sejak 2007, tidak hanya menggarap Blok Maleo di Kecamatan Gili Genting, tapi juga Blok Peluang. Sedangkan PT KEI menggarap sumur migas di Pulau Pagerungan Besar dan sumur Terang Sirasun Batur (TSB) di perairan Pulau Komirian, Kecamatan Raas. "Yang sumur Sepanjang sudah ditinggalkan KEI karena cadangan minyaknya habis."